Ayat 6-7
اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا سَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ خَتَمَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَعَلٰى سَمْعِهِمْ ۗ وَعَلٰٓى اَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَّلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ ࣖ
6. Sesungguhnya orang-orang yang kufur itu sama saja bagi mereka, apakah engkau (Nabi Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman.
7. Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka.5) Pada penglihatan mereka ada penutup, dan bagi mereka azab yang sangat berat.
5) Allah Swt. telah mengunci hati dan telinga orang kafir sehingga nasihat atau hidayah tidak bisa masuk ke dalam hatinya.
Asbabun Nuzul
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Ishaq, dari Muhammad bin Abi Muhammad, dari Ikrimah atau dari Sa'id bin Jubair, dari Ibnu Abbas bahwa kedua ayat tersebut turun berkenaan dengan orang-orang Yahudi di Madinah.
Ibnu Jarir juga meriwayatkan dari ar-Rabi' bin Anas, dia berkata, "Dua ayat turun berkenaan dengan perang Ahzab yaitu, 'Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka,...' sampai, '..., dan mereka akan mendapat siksaan yang berat.' " (Al-Baqarah: 6-7)
Ayat 14
وَاِذَا لَقُوا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَالُوْٓا اٰمَنَّا ۚ وَاِذَا خَلَوْا اِلٰى شَيٰطِيْنِهِمْ ۙ قَالُوْٓا اِنَّا مَعَكُمْ ۙاِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُوْنَ
14. Apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman.” Akan tetapi apabila mereka menyendiri dengan setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, “Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya pengolok-olok.”
Asbabun Nuzul
Al-Wahidi dan ats-Tsa'labi meriwayatkan dari Muhammad bin Marwan as-Suddi as-Shagir, dari al-Kalabi, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, dia berkata,
"Ayat tersebut turun berkenaan dengan Abdullah bin Ubay dan kawan-kawannya. Pada suatu hari mereka bertemu dengan sekelompok sahabat Rasulullah Saw. Maka Abdullah bin Ubay berkata, 'Lihatlah bagaimana aku menjauhkan orang-orang bodoh ini dari kalian.' Kemudian dia pergi menghampiri Abu Bakar dan memegang tangannya, lalu berkata, 'Selamat datang ash-Shiddiiq, tuan Bani Tamim, syaikhul Islam, orang kedua setelah Rasulullah saat berada dalam gua, juga orang yang mencurahkan diri dan hartanya demi Rasulullah.' Kemudian dia memegang tangan Umar dan berkata, 'Selamat datang tuan Bani 'Addi bin Ka'ab, al-Faruuq yang kokoh di dalam agama Allah, juga orang yang mencurahkan diri dan hartanya demi Rasulullah.' Kemudian dia memegang tangan Ali dan berkata, 'Selamat datang sepupu Rasulullah dan menantu beliau, tuan Bani Hasyim setelah Rasulullah.' Kemudian mereka pergi secara terpisah. Lalu Abdullah bin Ubay berkata kepada kawan-kawannya, 'Bagaimana pendapat kalian tentang yang telah aku lakukan tadi? Jika kalian melihat mereka, maka lakukanlah seperti apa yang aku lakukan.' Maka mereka memujinya. Kemudian orang-orang muslim menemui Nabi dan menceritakan hal tersebut, maka turunlah ayat ini."
Isnad riwayat ini sangat lemah. Karena as-Suddi ash-Shaghir dan al-Kalabi adalah pendusta. Dan Abu Shalih sendiri adalah orang yang lemah.
Ayat 19
اَوْ كَصَيِّبٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ فِيْهِ ظُلُمٰتٌ وَّرَعْدٌ وَّبَرْقٌۚ يَجْعَلُوْنَ اَصَابِعَهُمْ فِيْٓ اٰذَانِهِمْ مِّنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِۗ وَاللّٰهُ مُحِيْطٌۢ بِالْكٰفِرِيْنَ
19. Atau, seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit yang disertai berbagai kegelapan, petir, dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari-jarinya (untuk menghindari) suara petir itu karena takut mati. Allah meliputi orang-orang yang kafir.8)
8) Maksudnya adalah bahwa pengetahuan dan kekuasaan Allah Swt. meliputi orang-orang kafir.
Asbabun Nuzul
Ibnu Jarir meriwayatkan dari as-Suddi al-Kabiir, dari Abu Malik dan Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, dan dari Murrah, dari Ibnu Mas'ud dan sekelompok sahabat, mereka berkata,
"Dulu ada dua orang munafik penduduk Madinah yang melarikan diri dari Rasulullah menuju tempat orang-orang musyrik. Kemudian mereka ditimpa hujan yang Allah sebutkan ini. Hujan tersebut disertai dengan guruh yang dahsyat, petir dan kilat. Setiap kali petir menyambar mereka menutup telinga karena takut petir tersebut memekakan telinga sehingga dapat membunuh mereka. Jika ada kilat berkelebat, mereka berjalan menuju cahayanya. Namun jika tidak ada cahaya kilat, mereka berdua tidak dapat melihat. Maka mereka pulang kembali ke tempat mereka. Mereka berkata, 'Andai saja sekarang telah pagi, niscaya kita mendatangi Muhammad kemudian berbai'at kepadanya.' Kemudian mereka berdua mendatangi beliau dan masuk Islam. Mereka menjadi muslim yang baik. Maka Allah menjadikan keadaan kedua orang ini sebagai perumpamaan bagi orang-orang munafik di Madinah. Setiap orang-orang munafik Madinah menghadiri majelis Nabi mereka menutup telinga karena takut mendengar jika ada wahyu yang turun berkenaan dengan mereka atau mereka diingatkan dengan sesuatu yang dapat membuat mereka mati ketakutan. Hal ini seperti dua orang munafik yang menutupi telinganya. '...Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawahnya...' (Al-Baqarah: 19). Jika orang-orang muslim memiliki harta dan anak yang banyak juga mendapatkan ghanimah atau kemenangan, mereka ikut di dalamnya dan berkata, 'Sesungguhnya agama Muhammad kali ini benar.' Maka mereka istiqamah di dalamnya seperti dua orang munafik yang berjalan jika kilat menyinari mereka tadi. '...Dan jika gelap menimpa mereka, mereka berhenti...' (Al-Baqarah: 19). Maka jika harta dan anak orang-orang muslim sedikit serta ditimpa kesulitan, mereka berkata, 'Ini karena agama Muhammad.' Mereka pun murtad dan kembali kafir. Hal ini seperti yang dikatakan dua orang munafik tersebut ketika kilat tidak menyinari mereka."
Ayat 26
۞ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَسْتَحْيٖٓ اَنْ يَّضْرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوْضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۗ فَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۚ وَاَمَّا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَيَقُوْلُوْنَ مَاذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِهٰذَا مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهٖ كَثِيْرًا وَّيَهْدِيْ بِهٖ كَثِيْرًا ۗ وَمَا يُضِلُّ بِهٖٓ اِلَّا الْفٰسِقِيْنَۙ
26. Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil daripada itu.9) Adapun orang-orang yang beriman mengetahui bahwa itu kebenaran dari Tuhannya. Akan tetapi, orang-orang kafir berkata, “Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?” Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang disesatkan-Nya.10) Dengan itu pula banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Namun, tidak ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu, selain orang-orang fasik,11)
9) Makhluk yang kecil yang dikira lemah, seperti nyamuk, semut, lebah, laba-laba, atau lainnya, sebenarnya banyak menyimpan hikmah untuk menjadi pelajaran bagi manusia.-><-10) Seseorang menjadi sesat karena keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah Swt. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa mereka ingkar dan tidak mau memahami mengapa Allah Swt. menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan. Akibatnya, mereka menjadi sesat.-><-11) Orang fasik adalah orang yang melanggar ketentuan-ketentuan agama, baik dengan ucapan maupun perbuatan.
Asbabun Nuzul
Ibnu Jarir meriwayatkan dari as-Suddi dengan sanad-sanadnya, bahwa ketika Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang munafik. Yaitu firman-Nya, 'Perumpamaan mereka seperti orang yang menyalakan api...' (Al-Baqarah: 17) dan firman-Nya, 'Atau bagaikan orang yang ditimpa hujan lebat dari langit...' (Al-Baqarah: 19). Orang-orang munafik itu berkata, 'Allah terlalu agung dan mulia untuk membuat perumpamaan - perumpamaan ini.' Maka Allah berfirman, 'Sesungguhnya Allah tidak segan untuk membuat perumpamaan ...' sampai firman-Nya, '... Mereka adalah oran-orang yang merugi.' (Al-Baqarah: 26-27).
Al-Wahidi meriwayatkan melalui jalur Abdul Ghani bin Sa'id ats-Tsaqafi, dari Musa bin Abdul Rahman, dari Juraij, dari 'Atha, dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Sesungguhnya Allah menceritakan tentang tuhan-tuhan orang-orang musyrik. Dia berfirman, '...Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka...' (Al-Hajj: 73). Dan Dia menyebutkan tipu daya tuhan-tuhan itu, Dia mengumpamakannya dengan rumah laba-laba. Maka orang-orang musyrik berkata, 'Tidakkah kalian perhatikan Allah menyebutkan lalat dan laba-laba dalam Al-Quran yang diturunkan kepada Muhammad, apa yang dapat Dia lakukan dengan keduanya?' maka Allah menurunkan ayat ini. Akan tetapi Abdul Ghani sangat lemah."
Abdul Razzaaq berkata dalam tafsirnya, "Mua'ammar memberitahukan kami dari Qatadah, ketika Allah menyebutkan laba-laba dan lalat, orang-orang musyrik berkata, 'Untuk apa laba-laba dan lalat disebutkan?' Maka Allah menurunkan ayat ini."
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari al-Hasan, dia berkata, "Ketika ayat 'Wahai manusia, telah dibuat suatu perumpamaan ...' (Al-Hajj: 73) turun, orang-orang musyrik berkata, 'Ini tidak termasuk perumpamaan - perumpamaan.' Atau, 'Ini tidak menyerupai perumpamaan - perumpamaan.' Maka Allah menurunkan firman-Nya, 'Sesungguhnya tidak merasa segan untuk membuat perumpamaan ...' (Al-Baqarah: 26)."
Pendapat pertama sanadnya lebih benar dan lebih sesuai dengan awal surat. Penyebutan orang-orang musyrik tidak cocok dengan ayat ini sebagai ayat Madaniyyah. Riwayat yang kami sebutkan dari Qatadah dan al-Hasan, disebutkan oleh al-Wahidi dari mereka berdua tanpa sanad, dengan lafal, "Orang-orang Yahudi berkata...", dan ini lebih sesuai.
Ayat 44
۞ اَتَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ اَنْفُسَكُمْ وَاَنْتُمْ تَتْلُوْنَ الْكِتٰبَ ۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ
44. Mengapa kamu menyuruh orang lain untuk (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca suci (Taurat)? Tidakkah kamu mengerti?
Asbabun Nuzul
Al-Wahidi dan ats-Tsa'labi meriwayatkan dari jalur al-Kalabi, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang Yahudi Madinah. Salah seorang dari mereka berkata kepada keluarga menantu, para kerabat dan orang-orang muslim yang sesusu dengannya, 'Tetaplah berada dalam agamamu dan pada apa yang laki-laki itu (Muhammad) perintahkan karena apa yang dia perintahkan adalah benar.' Ketika itu, orang-orang Yahudi selalu memerintahkan orang-orang hal itu, namun mereka sendiri tidak melakukannya."
Ayat 62
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَادُوْا وَالنَّصٰرٰى وَالصَّابِــِٕيْنَ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ
62. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Sabiin,29) siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari Akhir serta melakukan kebajikan (pasti) mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut yang menimpa mereka dan mereka pun tidak bersedih hati.30)
29) Sabiin adalah umat terdahulu yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, tetapi tidak memeluk agama tertentu. -><-30) Ayat ini merupakan ketentuan umum bagi setiap umat pada masa mereka masing-masing. Misalnya, umat Yahudi pada masa Nabi Musa a.s. dan umat Nasrani pada masa Nabi Isa a.s.
Asbabun Nuzul
Ibnu Abi Hatim dan al-'Adni dalam musnadnya meriwayatkan dari jalur Ibnu Abi Nujaih, dari Mujahid, dia berkata, "Salman berkata, 'Saya bertanya kepada Nabi tentang para pemeluk agama yang dulu saya anut' Lalu aku ceritakan tentang shalat dan ibadah mereka. Maka turunlah ayat, 'Sesungguhnya orang-orang beriman dan orang-orang Yahudi ...' (Al-Baqarah: 62).' "
Al-Wahidi meriwayatkan dari jalur Abdullah bin Katsir, dari Mujahid, dia berkata, "Ketika Salman menceritakan kepada Rasulullah tentang kawan-kawannya dulu beliau berkata, 'Mereka masuk neraka.' Salman berkata, 'Maka bumi terasa gelap bagiku.' Kemudian turunlah ayat, 'Sesungguhnya orang-orang beriman dan orang-orang Yahudi...' sampai firman-Nya, '...Mereka tidak bersedih hati.' (Al- Baqarah: 62). Dia berkata, 'Seakan-akan sebuah gunung telah disingkirkan dari atas tubuhku.' "
Ibnu Jariri dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur as-Suddi, dia berkata, "Ayat ini diturunkan berkenaan dengan kawan-kawan Salman al-Farisi dulu."
Ayat 76
وَاِذَا لَقُوا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَالُوْٓا اٰمَنَّاۚ وَاِذَا خَلَا بَعْضُهُمْ اِلٰى بَعْضٍ قَالُوْٓا اَتُحَدِّثُوْنَهُمْ بِمَا فَتَحَ اللّٰهُ عَلَيْكُمْ لِيُحَاۤجُّوْكُمْ بِهٖ عِنْدَ رَبِّكُمْ ۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ
76. Apabila berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman.” Akan tetapi, apabila kembali kepada sesamanya, mereka bertanya, “Apakah akan kamu ceritakan kepada mereka apa yang telah diterangkan Allah kepadamu sehingga mereka dapat menyanggah kamu di hadapan Tuhanmu? Apakah kamu tidak mengerti?”
Asbabun Nuzul
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid, dia berkata, "Ketika perang Bani Quraizhah, Nabi berdiri di bawah benteng mereka seraya berkata, 'Wahai saudara-saudara kera, wahai saudara-saudara babi, wahai para penyembah thaghut!' Maka mereka berkata, 'siapa yang memberitahukan Muhammad tentang ini? Hal ini pasti berasal dari kalian. Apakah kalian mengatakan kepada mereka apa yang Allah terangkan kepada kalian agar mereka memiliki hujah untuk mengalahkan kalian?' Maka turunlah ayat tersebut."
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Jika mereka bertemu dengan orang-orang beriman, mereka berkata, 'Kami percaya bahwa kawan kalian itu adalah utusan Allah. Akan tetapi khusus bagi kalian.' Dan jika mereka mereka kembali kepada kawan-kawan mereka, mereka berkata, 'Apakah dia memberitahukan orang-orang Arab dengan hal ini? Karena sesungguhnya dulu kalian meminta bantuan kepadanya untuk mengalahkan mereka padahal dia adalah bagian dari mereka.' Maka turunlah firman Allah, 'Dan jika mereka bertemu...' (Al-Baqarah: 76)."
Ibnu Jarir meriwayatkan dari as-Suddi, dia berkata, "Ayat tersebut turun berkenaan dengan segolongan orang Yahudi yang beriman, kemudian mereka menjadi munafik dan berkata kepada orang-orang Arab yang beriman tentang siksaan yang dulu menimpa golongan mereka. Maka orang-orang Yahudi itu berkata kepada sebagian yang lain, 'Apakah kalian menceritakan kepada mereka tentang siksaan yang Allah hilangkan dari kalian agar mereka berkata, 'Kami lebih Allah cintai dan lebih Allah muliakan daripada kalian"
Ayat 79
فَوَيْلٌ لِّلَّذِيْنَ يَكْتُبُوْنَ الْكِتٰبَ بِاَيْدِيْهِمْ ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ هٰذَا مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ لِيَشْتَرُوْا بِهٖ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۗفَوَيْلٌ لَّهُمْ مِّمَّا كَتَبَتْ اَيْدِيْهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُمْ مِّمَّا يَكْسِبُوْنَ
79. Celakalah orang-orang yang menulis kitab dengan tangan mereka (sendiri), kemudian berkata, “Ini dari Allah,” (dengan maksud) untuk menjualnya dengan harga murah. Maka, celakalah mereka karena tulisan tangan mereka dan celakalah mereka karena apa yang mereka perbuat.
Asbabun Nuzul
An-Nasai meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Ayat ini turun berkenaan dengan Ahli Kitab."
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Ayat ini turun berkenaan dengan para pendeta Yahudi. Mereka mendapati ciri-ciri Nabi tertulis dalam kitab Taurat, yaitu bahwa pelupuk di sekeliling matanya berwarna hitam, bertubuh sedang, berambut ikal dan berwajah tampan. Namun kemudian mereka menghapusnya dikarenakan kedengkian dan kezaliman mereka. Atau mereka berkata, 'Kami mendapatinya bertubuh tinggi, berkulit biru dan berambut lurus.' "
Ayat 80
وَقَالُوْا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ اِلَّآ اَيَّامًا مَّعْدُوْدَةً ۗ قُلْ اَتَّخَذْتُمْ عِنْدَ اللّٰهِ عَهْدًا فَلَنْ يُّخْلِفَ اللّٰهُ عَهْدَهٗٓ اَمْ تَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
80. Mereka berkata, “Neraka tidak akan menyentuh kami, kecuali beberapa hari saja.” Katakanlah, “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan mengingkari janji-Nya ataukah kamu berkata tentang Allah sesuatu yang tidak kamu ketahui?”
Asbabun Nuzul
Ath-Thabrani meriwayatkan dalam kitab al-Mu'jam al-Kabiir, begitu pula dengan Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim dari jalur Ibnu Ishaq, dari Muhammad bin Abi Muhammad, dari Ikrimah atau Sa'id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Rasulullah tiba di Madinah dan ketika itu orang-orang Yahudi berkata, 'Sesungguhnya usia dunia adalah tujuh ribu tahun. Dan sesungguhnya manusia disiksa dalam neraka selama satu hari menurut perhitungan akhirat yang sama dengan seribu tahun dalam hitungan dunia. Maka siksaan itu hanyalah tujuh hari. Kemudian siksaan pun berhenti.' Maka Allah berfirman berkenaan dengan hal itu, 'Dan mereka berkata, 'Api neraka tidak akan menyentuh kami...' sampai firman-Nya. '...Mereka kekal di dalamnya.' (Al-Baqarah: 80)."
Ibnu Jarir meriwayatkan dari jalur adh-Dhahhaak, dari Ibnu Abbas, bahwa orang-orang Yahudi berkata, "Kami tidak akan masuk neraka kecuali hanya memenuhi sumpah Allah. Yaitu selama empat puluh hari, sesuai dengan waktu ketika kami menyembah patung sapi. Setelah itu siksaan pun berhenti." Maka turunlah ayat tersebut. Ibnu Jarir juga meriwayatkan dari Ikrimah dan lainnya.
Ayat 89
وَلَمَّا جَاۤءَهُمْ كِتٰبٌ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَهُمْۙ وَكَانُوْا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُوْنَ عَلَى الَّذِيْنَ كَفَرُوْاۚ فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ مَّا عَرَفُوْا كَفَرُوْا بِهٖ ۖ فَلَعْنَةُ اللّٰهِ عَلَى الْكٰفِرِيْنَ
89. Setelah sampai kepada mereka Kitab (Al-Qur’an) dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, sedangkan sebelumnya mereka memohon kemenangan atas orang-orang kafir, ternyata setelah sampai kepada mereka apa yang telah mereka ketahui itu, mereka mengingkarinya. Maka, laknat Allahlah terhadap orang-orang yang ingkar.
Asbabun Nuzul
Al-Hakim meriwayatkan dalam kitab al-Mustadrak, begitu pula al-Baihaqi dalam kitab Dalaail an-Nubuwwah dengan sanad yang lemah, dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Yahudi Khaibar selalu berperang dengan suku Ghathafan. Yahudi selalu mengalami kekalahan. Karena itu mereka berdoa, 'Ya Allah, kami memohon kepada-Mu dengan kebenaran Muhammad, Nabi yang ummi, yang Kau janjikan akan diutus kepada kami, tolonglah kami untuk mengalahkan mereka' Setiap kali berperang, mereka membaca doa tersebut. Maka mereka berhasil mengalahkan orang-orang Ghathafan. Namun ketika Nabi diutus kepada mereka, mereka mengingkarinya. Maka Allah berfirman, '...Sedangkan dulu mereka memohon kemenangan atas orang-orang kafir...' (Al-Baqarah: 89)"
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Sa'id atau Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa orang-orang Yahudi dulu mereka memohon kemenangan atas Aus dan Khazraj dengan bertawasul kapada Rasulullah sebelum beliau diutus. Namun ketika Allah telah mengutusnya berasal dari golongan Arab, mereka mengingkarinya dan melanggar apa yang telah mereka katakan. Maka Mu'adz bijn Jabal, Basyar bin al-Barra' dan Daud bin Salamah berkata kepada mereka, 'Wahai orang-orang Yahudi, takutlah kalian kepada Allah dan masuk Islamlah. Karena sesunggunhya kalian dulu memohon agar dapat mengalahkan kami dengan bertawasul dengan Nabi Muhammad ketika kami masih musyrik. Dan kalian memberitahukan kami bahwa beliau akan diutus dan kalian menyebutkan sifat-sifatnya sesuai dengan sifat-sifatnya saat ini.' Maka Salam bin Misykam, salah seorang Yahudi Bani an-Nadhiir berkata, 'Dia tidak datang kepada kami dengan membawa sesuatu yang kami kenal. Maka dia bukanlah orang yang kami sebutkan kepada kalian.' Karen itu Allah berfirman, 'Dan ketika kitab dari sisi Allah telah sampai kepada mereka...' (Al-Baqarah: 89)."
Ayat 94
قُلْ اِنْ كَانَتْ لَكُمُ الدَّارُ الْاٰخِرَةُ عِنْدَ اللّٰهِ خَالِصَةً مِّنْ دُوْنِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
94. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika negeri akhirat di sisi Allah khusus untukmu, bukan untuk orang lain, mintalah kematian jika kamu orang-orang benar.”
Asbabun Nuzul
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abu al-'Aaliyah, dia berkata, "Orang-orang Yahudi berkata, 'Yang akan masuk surga hanyalah orang-orang Yahudi.' Maka Allah menurunkan ayat ini.
Ayat 97
قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِّجِبْرِيْلَ فَاِنَّهٗ نَزَّلَهٗ عَلٰى قَلْبِكَ بِاِذْنِ اللّٰهِ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَّبُشْرٰى لِلْمُؤْمِنِيْنَ
97. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Siapa yang menjadi musuh Jibril?” Padahal, dialah yang telah menurunkan (Al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan izin Allah sebagai pembenaran terhadap apa (kitab-kitab) yang terdahulu, dan petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang beriman.”
Asbabun Nuzul
Al-Bukhari meriwayatkan dari Anas, dia berkata, "Abdullah bin Salam mendengar kedatangan Rasulullah ketika dia sedang berada di kebunnya sampai musim panen. Maka dia mendatangi Nabi dan berkata, 'Sesungguhnya aku akan bertanya kepadamu tentang tiga perkara yang hanya diketahui oleh seorang nabi. Apa tanda-tanda awal terjadinya kiamat? Apa makanan pertama para penghuni surga? Apa yang menyebabkan seorang anak mirip ayah atau ibunya?' Rasulullah bersabda, 'Baru saja Jibril memberitahukanku tentang semua itu.' Dia berkata, 'Dia adalah musuh orang-orang Yahudi dari kalangan malaikat.' Maka beliau membacakan ayat ini.
Syaikhul Islam Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bari, "Secara zhahir dari konteks tersebut, bahwa Nabi membacakan ayat tersebut sebagai sanggahan bagi ucapan orang Yahudi itu. Hal itu tidak berarti bahwa ayat tersebut turun ketika itu." Dia berkata kembali, "Dan inilah yang paling kuat." Terdapat kisah lain yang shahih mengenai sebab turunnya ayat tersebut.
Ahmad, Tirmidzi dan an-Nasai meriwayatkan dari jalur Bakir bin Syihab, dari Sa'id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Orang-orang Yahudi mendatangi Rasulullah dan berkata, 'Wahai Abu al-Qasim, sesungguhnya kami hendak bertanya kepadamu tentang lima perkara. Jika kau memberitahukan kami hal tesebut, maka kami tahu bahwa kau adalah seorang nabi.' " Lalu Ibnu Abbas menyebutkan hadits tersebut. Di antaranya, mereka bertanya kepada beliau mengenai apa yang diharamkan Israil (Ya'qub) kepada dirinya sendiri, tentang ciri kenabian, tentang petir dan suaranya, tentang bagaimana wanita dijadikan laki-laki atau perempuan dan tentang siapa yang memberitahukannya mengenai berita langit, sampai mereka berkata, 'Maka beritahukanlah kami siapa yang menyertaimu?' beliau bersabda, 'Jibril.' Salah seorang dari mereka berkata, 'Jibril adalah yang turun membawa peperangan, pembunuhan dan siksaan. Dia adalah musuh kami. Kalaulah kau mengatakan Mikail yang turun membawa rahmat, tumbuhan dan hujan, niscaya itu lebih baik.' Maka turunlah ayat tersebut.
Ishaq bin Rahawaih meriwayatan dalam musnadnya, begitu pula dengan Ibnu Jarir dari jalur as-Sya'bi, bahwa Umar mendatangi orang-orang Yahudi kemudian mendengar bacaan Taurat. Maka dia merasa takjub karena kitab tersebut membenarkan isi Al-Quran. Kemudian Nabi lewat di depan mereka. Maka aku (Umar) berkata, 'Demi Allah, tidakkah kalian tahu bahwa dia adalah utusan Allah?' seorang pendeta mereka menjawab, 'Ya, kami tahu bahwa dia adalah utusan Allah. Aku bertanya, 'Lantas mengapa kalian tidak mengikutinya?' mereka berkata, 'Kami telah bertanya kepadanya tentang siapa yang membawa berita kenabian kepadanya. Maka dia mengatakan musuh kami, Jibril. Karena dia turun membawa kebencian, kesusahan, peperangan dan kebinasaan.' Aku bertanya, 'Lantas siapakah malaikat yang menjadi utusan Allah untuk kalian?' mereka menjawab, 'Mikail, dia turun membawa hujan dan rahmat.' Aku kembali bertanya, 'Bagaimana posisi keduanya di sisi Allah?' mereka menjawab, 'Salah satunya berada di sisi kanan-Nya dan yang lainnya berada di sisi kiri-Nya'
Aku berkata, 'Sesungguhnya Jibril tidak mungkin memusuhi Mikail. Dan Mikail tidak mungkin berdamai dengan musuh Jibril. Aku bersaksi bahwa keduanya dan Tuhan keduanya berdamai dengan siapa saja yang berdamai dengan mereka. Dan memerangi siapa saja yang memerangi mereka.' Kemudian aku mendatangi Nabi karena ingin memberitahukannya tentang hal ini. Maka ketika aku berjumpa dengannya, beliau berkata, 'Inginkah kau kuberitahukan tentang ayat yang turun kepadaku?' Aku berkata, 'Tentu, wahai Rasulullah.' Maka beliau membaca, 'Katakanlah (Muhammad), barang siapa menjadi musuh Jibril...' sampai firman-Nya, '...bagi orang-orang kafir.' Aku berkata, 'Wahai Rasulullah, demi Allah, aku datang dari tempat orang-orang Yahudi untuk memberitahukanmu tentang apa yang mereka katakan dan apa yang aku katakan kepada mereka. Namun Allah telah mendahuluiku'
Sanad riwayat ini shahih hingga asy-Sya'bi. Namun dia tidak bertemu langsung dengan Umar. Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Abi Hatim telah meriwayatkannya dari jalur lain dari asy-Sya'bi. Ibnu Jarir telah meriwayatkannya dari jalur as-Suddi dari Umar. Juga dari jalur Qatadah dari Umar. Kedua riwayat tersebut juga terputus sanadnya.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abdul Rahman bin Abi Laila, bahwa seorang Yahudi bertemu dengan Umar bin Khathab, maka dia berkata, "Sesungguhnya Jibril yang disebutkan oleh kawanmu adalah musuh kami." Maka Umar menjawab, "Barang siapa yang menjadi musuh bagi Allah, para malaikat-Nya, para rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah menjadi musuh bagi orang-orang kafir." Maka ayat tersebut turun melalui lisan Umar. Maka riwayat-riwayat ini saling menguatkan. Ibnu Jarir menyatakan ijma' bahwa sebab turunnya ayat tersebut adalah hal itu.
Ayat 99-100
وَلَقَدْ اَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ اٰيٰتٍۢ بَيِّنٰتٍۚ وَمَا يَكْفُرُ بِهَآ اِلَّا الْفٰسِقُوْنَ اَوَكُلَّمَا عٰهَدُوْا عَهْدًا نَّبَذَهٗ فَرِيْقٌ مِّنْهُمْ ۗ بَلْ اَكْثَرُهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ
99. Sungguh, Kami benar-benar telah menurunkan ayat-ayat yang jelas kepadamu (Nabi Muhammad), dan tidaklah ada yang mengingkarinya selain orang-orang fasik.
100. Mengapa setiap kali mereka mengikat janji, sekelompok mereka melanggarnya? Bahkan, sebagian besar mereka tidak beriman.
Asbabun Nuzul
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur Sa'id atau Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Ibnu Shuriya berkata kepada Nabi, 'Wahai Muhammad, kau tidak datang kepada kami dengan membawa sesuatu yang kami kenal. Dan Allah tidak menurunkan ayat yang nyata kepadamu.' Maka Allah berfirman berkenaan dengan hal tersebut, 'Dan sungguh Kami telah menurunkan ayat-ayat yang jelas kepadamu...' (Al-Baqarah: 99). Malik bin ash-Shaif berkata ketika Rasulullah diutus dan menyebutkan perjanjian yang diambil dari mereka juga kewajiban atas mereka terhadap Nabi, 'Demi Allah, kami tidak dibebani kewajiban apapun terhadap Muhammad. Dan tidak ada perjanjian yang ditetapkan atas kami.' Maka Allah berfirman berkenaan dengan hal itu, 'Apakah setiap kali mereka berjanji...' (Al-Baqarah: 100).' "
Ayat 102
وَاتَّبَعُوْا مَا تَتْلُوا الشَّيٰطِيْنُ عَلٰى مُلْكِ سُلَيْمٰنَ ۚ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمٰنُ وَلٰكِنَّ الشَّيٰطِيْنَ كَفَرُوْا يُعَلِّمُوْنَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَآ اُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوْتَ وَمَارُوْتَ ۗ وَمَا يُعَلِّمٰنِ مِنْ اَحَدٍ حَتّٰى يَقُوْلَآ اِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۗ فَيَتَعَلَّمُوْنَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُوْنَ بِهٖ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهٖ ۗ وَمَا هُمْ بِضَاۤرِّيْنَ بِهٖ مِنْ اَحَدٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ وَيَتَعَلَّمُوْنَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۗ وَلَقَدْ عَلِمُوْا لَمَنِ اشْتَرٰىهُ مَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۗ وَلَبِئْسَ مَاشَرَوْا بِهٖٓ اَنْفُسَهُمْ ۗ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ
102. Mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa Kerajaan Sulaiman. Sulaiman itu tidak kufur, tetapi setan-setan itulah yang kufur. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia, yaitu Harut dan Marut. Padahal, keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanyalah fitnah (cobaan bagimu)32) oleh sebab itu janganlah kufur!” Maka, mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami) dan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan (sihir)-nya, kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Sungguh, mereka benar-benar sudah mengetahui bahwa siapa yang membeli (menggunakan sihir) itu niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Sungguh, buruk sekali perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir jika mereka mengetahui(-nya).
32) Dalam Al-Qur’an, kata fitnah digunakan untuk menyatakan sejumlah makna sesuai dengan konteksnya, seperti ‘ujian’, ‘cobaan’, ‘azab’, ‘menghalangi kebenaran’, dan ‘mengusir orang dari kampung halamannya’.
Asbabun Nuzul
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Syahr bin Hausyab, dia berkata, "Orang-orang Yahudi berkata, 'Lihatlah kalian kepada Muhammad, dia mencampuradukkan antara yang benar dan yang salah. Dia berkata bahwa Sulaiman termasuk para nabi. Padahal dia hanyalah seorang penyihir yang mengendarai angin.' Maka Allah berfirman, 'Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan...' "
Ayat 104
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَقُوْلُوْا رَاعِنَا وَقُوْلُوا انْظُرْنَا وَاسْمَعُوْا وَلِلْكٰفِرِيْنَ عَذَابٌ اَلِيْمٌ
104. Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan, “Rā‘inā.” Akan tetapi, katakanlah, “Unẓurnā”33) dan dengarkanlah. Orang-orang kafir akan mendapat azab yang pedih.
33) Rā‘inā berarti ‘perhatikanlah kami’. Akan tetapi, orang Yahudi memelesetkan ucapannya sehingga menjadi ‘ru‘ūnah’ yang berarti ‘bodoh sekali’ sebagai ejekan kepada Rasulullah. Oleh karena itu, Allah Swt. menyuruh para sahabat untuk memakai kata unẓurnā sebagai ganti kata rā‘inā karena keduanya mempunyai makna yang sama.
Asbabun Nuzul
Ibnu al-Mundzir meriwayatkan dari as-Suddi, dia berkata, "Ada dua orang Yahudi, yaitu Malik bin ash-Shaif dan Rifa'ah bin Zaid. Jika mereka berjumpa dengan Nabi, mereka berkata, 'Raa'inaa (perhatikanlah kami) dan dengarlah apa yang tidak didengar.' Maka orang-orang muslim mengira hal tersebut adalah suatu ungkapan bagi Ahli Kitab untuk menghormati para nabi mereka. Karena itu mereka pun mengatakan hal tersebut kepada Nabi. Maka Allah berfirman, 'Wahai orangorang beriman, janganlah kalian berkata, 'Raa'inaa.' Namun katakanlah 'Unzhurnaa
(perhatikanlah kami) dan dengarkanlah oleh kalian...' Abu Nu'aim meriwayatkan dalam kitab Dalaail an-Nubuwwah dari jalur as- Suddi ash-Shaghir, dari al-Kalabi, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Kata raa'inaa dalam bahasa Yahudi adalah sebuah celaan yang buruk. Ketika orang-orang Yahudi mendengar para sahabat beliau berkata, 'Nyatakanlah hal
tersebut kepada beliau.' Maka orang-orang Yahudi itu mengatakannya dengan tertawa. Lalu turunlah firman Allah tersebut. Ketika Sa'ad bin Mu'adz mendengar kalimat tersebut keluar dari mulut orang-orang Yahudi, dia berkata, 'Wahai musuh-musuh Allah, jika aku mendengar kalimat tersebut dari salah seorang diantara kalian setelah majelis ini, niscaya aku akan memenggal kepalanya.'
Ibnu Jarir meriwayatkan dari adh-Dhahhak, dia berkata," dulu seseorang dari kalangan Yahudi berkata, 'ar'ini sam'ak.' Maka Allah swt menurunkan ayat ini. Beliau juga meriwayatkan dari Athiyyah, dia berkata, " beberap orang Yahudi selalu berkata kepada Nabi saw, 'ar'inaa sam'ak', hingga beberapa orang Muslim ikut mengucapkannya. Sedangkan hal itu tidak disukai Allah. Beliau juga meriwayatkan dari Qatadah, dia berkata " dulu orang-orang berkata Raa'inaa sam'ak, lalu orang Yahudi datang kepada Rasulullah saw dan mengatakan hal itu. Dan diriawayatkan dari Atha', dia berkata, " kalimat Raa'inaa adalah bahasa bahasa orang Anshar di masa Jahiliyah. Dan diriwayatkan dari Abul Aliyah, dia berkata, " kebiasaan orang Arab apabila bicara dengan temannya mengucapkan Ar'ini sam'ak, lalu mereka pun dilarang mengatakannya.
Ayat 106
۞ مَا نَنْسَخْ مِنْ اٰيَةٍ اَوْ نُنْسِهَا نَأْتِ بِخَيْرٍ مِّنْهَآ اَوْ مِثْلِهَا ۗ اَلَمْ تَعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
106. Ayat yang Kami nasakh (batalkan) atau Kami jadikan (manusia) lupa padanya, pasti Kami ganti dengan yang lebih baik atau yang sebanding dengannya. Apakah engkau tidak mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu?
Asbabun Nuzul
Ibnu abi hatim meriwayatkan dari ikrimah dari ibnu Abbas, dia berkata, " terkadang turun wahyu kepada Nabi saw pada malam hari namun siang tiba beliau lupa. Maka Allah menurunkan ayat ini
Ayat 108-109
اَمْ تُرِيْدُوْنَ اَنْ تَسْـَٔلُوْا رَسُوْلَكُمْ كَمَا سُىِٕلَ مُوْسٰى مِنْ قَبْلُ ۗوَمَنْ يَّتَبَدَّلِ الْكُفْرَ بِالْاِيْمَانِ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاۤءَ السَّبِيْلِ وَدَّ كَثِيْرٌ مِّنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ لَوْ يَرُدُّوْنَكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ اِيْمَانِكُمْ كُفَّارًاۚ حَسَدًا مِّنْ عِنْدِ اَنْفُسِهِمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ ۚ فَاعْفُوْا وَاصْفَحُوْا حَتّٰى يَأْتِيَ اللّٰهُ بِاَمْرِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
108. Ataukah kamu menghendaki untuk meminta Rasulmu (Nabi Muhammad) seperti halnya Musa (pernah) diminta (Bani Israil) dahulu?34) Siapa yang mengganti iman dengan kekufuran, sungguh, dia telah tersesat dari jalan yang lurus.
34) Bani Israil pernah meminta kepada Nabi Musa a.s. agar dapat melihat Allah Swt. dengan mata kepala mereka, dibuatkan berhala untuk disembah, dan lain-lain.
109. Banyak di antara Ahlulkitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman menjadi kafir kembali karena rasa dengki dalam diri mereka setelah kebenaran jelas bagi mereka. Maka, maafkanlah (biarkanlah) dan berlapang dadalah (berpalinglah dari mereka) sehingga Allah memberikan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
Asbabun Nuzul
Ibnu abi hatim meriwayatkan dari jalur Sa'id atau ikrimah dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Rafi bin Huraimalah dan wahab bin zaid berkata kepada Rasulullah: wahai Muhammad datangkanlah kitab yang kau turunkan kepada kami dari langit dan bisa kami baca atau pancarkanlah sungai-sungai untuk kami, maka kami akan mengikuti dan membenarnkanmu. Maka Allah menurunkan ayat ini. Huyay bin Akhthab dan Abu yasir bin Akhthan adalah dua orang yahudi yang iri kepada orang-orang arab karena karena Allah mengutus Rasul-Nya kepada mereka. Keduanya sekuat tenaga untuk membuat orang-orang meninggalkan Islam. Maka allah menurunkan ayat 109.
Ibnu jarir meriwayatkan dari mujahid, dia berkata, " orang-orang Quraisy meminta Nabi saw untuk mengubah bukit shafa menjadi emas, maka Nabi saw menjawab, "saya akan melakukannya dan ia akan menjadi seperti makanan yang diturunkan dari langit kepada bani israil jika kalian menjadi kafir. Mereka pun tidak menyanggupi syarat tersebut dan menarik kembali permintaan itu.
Beliau juga meriwayatkan dari as-suddi, dia berkata," orang-orang arab meminta Nabi saw untuk mendatangkan Allah sehingga mereka dapat melihat-Nya dengan jelas. Maka turunlah ayat ini. Dan dari Abul Aliyah, dia berkata, seseorang berkat kepada Nabi saw, 'ya Rasulullah andai saja kifarat kami seperti kifaratnya bani israil." Maka rasul saw pun berkata, " apa yang Allah berikan kepada kalian itu lebih baik. Dulu jika salah seorang dari mereka melakukan sebuah dosa, maka dia akan menemukan dosa itu tertulis di daun pintu rumahnya dengan kafaratnya. Apabila ia menebusnya, maka itu akan menjadi kehinaan baginya di Akhirat. Sungguh Allah telah memberi kalian hal yang lebih baik dari itu. Allah berfirman dalam surat annisa 110. Dan shalat lima waktu serta hari jumat ke jumat adalah kafarat untuk dosa yang dilakukan diantara keduanya. Maka turunlah ayat ini.
Ayat 113
وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ لَيْسَتِ النَّصٰرٰى عَلٰى شَيْءٍۖ وَّقَالَتِ النَّصٰرٰى لَيْسَتِ الْيَهُوْدُ عَلٰى شَيْءٍۙ وَّهُمْ يَتْلُوْنَ الْكِتٰبَۗ كَذٰلِكَ قَالَ الَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ مِثْلَ قَوْلِهِمْ ۚ فَاللّٰهُ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ فِيْمَا كَانُوْا فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ
113. Orang Yahudi berkata, “Orang Nasrani itu tidak menganut sesuatu (agama yang benar)” dan orang-orang Nasrani (juga) berkata, “Orang-orang Yahudi tidak menganut sesuatu (agama yang benar),” padahal mereka membaca Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak berilmu (musyrik Arab) berkata seperti ucapan mereka itu. Allah akan memberi putusan di antara mereka pada hari Kiamat tentang apa (agama) yang mereka perselisihkan.
Asbabun Nuzul
Ibnu Abi hatim dari jalur said atau ikrimah dari ibnu abbas, dia berkata, "ketika orang-orang nasrani najran mendatangi Rasulullah, para pendeta yahudi mendatangi merkla dan mereka pun berdebat. Rabi bin huraimalah berkata, ' kalian tidak mempunyai landasan apa-apa' Dan dia mengikari kenabian Isa dan kebenaran injil. Lalu diantara mereka berkata,' kalian tidak mempunyai landasan apa-apa' maka diapun mengingkari kenabian musa dan kebenaran taurat
Ayat 114
وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنْ مَّنَعَ مَسٰجِدَ اللّٰهِ اَنْ يُّذْكَرَ فِيْهَا اسْمُهٗ وَسَعٰى فِيْ خَرَابِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ مَا كَانَ لَهُمْ اَنْ يَّدْخُلُوْهَآ اِلَّا خَاۤىِٕفِيْنَ ەۗ لَهُمْ فِى الدُّنْيَا خِزْيٌ وَّلَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيْمٌ
114. Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang melarang masjid-masjid Allah digunakan sebagai tempat berzikir di dalamnya dan berusaha merobohkannya? Mereka itu tidak pantas memasukinya, kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka mendapat kehinaan di dunia dan mendapat azab yang berat di akhirat.
Asbabun Nuzul
Ibnu Abi hatim dari jalur said atau ikrimah dari ibnu abbas bahwa orang Quraisy melarang Rasul saw shalat di Ka'bah. Maka turunlah ayat ini. Menurut Ibnu jarir dari ibnu zaid, bahwa ayat ini turun pada orang-orang musyrik ketika merka melarang Rasulullah datang ke Makkah pada masa Hudaibiyyah.
Ayat 115
وَلِلّٰهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَاَيْنَمَا تُوَلُّوْا فَثَمَّ وَجْهُ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
115. Hanya milik Allah timur dan barat. Ke mana pun kamu menghadap, di sanalah wajah Allah.36) Sesungguhnya Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui.
36) Wajah Allah (wajhullāh) bisa berarti ‘Zat Allah Swt’. atau ‘rida Allah Swt.’, sedangkan yang dimaksud di sini adalah arah kiblat yang diridai oleh Allah Swt. saat seseorang tidak bisa menentukan arah kiblat karena alasan tertentu. Maksud ini tergambar dalam sebab nuzul yang dituturkan oleh ‘Amir bin Rabi‘ah r.a. Dia berkata, “Kami menemani Rasulullah saw. dalam sebuah perjalanan. Tiba-tiba langit tertutup mendung sehingga kami kesulitan menentukan arah kiblat. Kami pun salat dan memberi tanda (pada arah salat kami). Ketika matahari muncul, kami sadar telah salat tanpa menghadap ke arah kiblat. Kami laporkan hal ini kepada Rasulullah, lalu turunlah ayat ini.” (Riwayat Ibnu Majah, al-Baihaqi, dan at-Tirmizi).
Asbabun Nuzul
Muslim, at-Tirmidzi dan an-Nasai meriwayatkan dari ibnu umar dia berkata, "dulu Nabi saw shalat sunnah diatas unta beliau kemanapun arah unta itu . suatu ketika beliau datang dari Makah ke Madinah, lalu ibnu umar membaca ayat ini. Dan dia mengatakan ayat ini turun pada masalah tersebut.
Al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu Umar, dia berkata, " ayat ini maksudnya engkau boleh shalat sunnah kemanapun arah unta yang engkau tunggangi. Dia berkata hadits ini shahih sesuai syarat muslim. Ini adalaah riwayat yang sanadnya paling shahih tentang sebab turunnya ayat di atas. Sejumlah ulama pun menguatkannya. Akan tetapi tidak ada penjelasan yang sharih bahwa itu adalah sebab turunnya ayat ini. Namun dia berkata, ayat ini turun pada masalah ini.
Ibnu jarir dan ibnu abi hatim meriwayatkan dari ali bin abi thalhah dari ibnu abbas bahwa Rasulullah ketika hijrah ke Madinah, Allah memerintahkan beliau untuk menjadikan Baitul Maqdis sebagai kiblat, maka orang Yahudi pun senang. Maka beliau berkiblat selam 16 bulan ke Baitulmaqdis sedangkan beliau senang dengan kiblatnya Ibrahim. Karenanya beliau sering berdoa dengan melihat ke arah langit. Maka turunlah ayat "maka hadapkanlah wajahmu kearah masjidil haram (2:144). Orang yahudi pun meragukan perubahan kiblat itu, mereka berkata, 'apa yang membuat mereka berpaling dari kiblat mereka yang dulu? Maka Allah swt berfirman "dan milik Allah timur dan barat" dan firman-Nya "kemanapun kamu menghadap di sanalah wajah Allah".
Terdapat beberapa riwayat lemah mengenai sebab turunnya ayat ini.
Pertama, at-Tirmidzi, ibnu majah dan ad-Daruquthny meriwayatkan dari jalur Asy'ats as-saman dari Ashim bin Abdillah bin amir bin rabiah dari ayahnya dia berkata, " pada suatu malam kami bersama Nabi saw dalam perjalanan yang gelap dan kami tidak tahu arah kiblat. Maka masing-nasing dari kami shalat dengan menghadap ke arah depannya. Ketika pagi tiba kami menceritakan hal itu kepada Rasulullah, maka turunlah ayat ini. At-Tirmidzi berkata, " riwayat ini gharib. Dan Asy'ats dilemahkan dalam hadits.
Kedua, ad-Daruqutny dan ibnu mardawaih meriwayatkan dari jalur al-arzami dari atha' dari jabir, dia berkata, " suatu ketika rasulullah mengutus satu pasukan dan saya termasuk didalamnya. Lalu kami terjebak dalam kegelapan sehingga kami tidak tahu arah kiblat, yaitu kearah utara dari sini. Lalu mereka pun melakukan shalat dan membuat garis ke arah yang mereka yakini sebagai kiblat. Namun sebagian yang lain berkata, 'arah kiblat disini adalah ke selatan', maka mereka pun membuat garis kea rah yang mereka yakini sebagai kiblat. Ketika pagi tiba dan matahari menyinari bumi, tampak bahwa garis-garis yang kami buat tidak mengarah kea rah kiblat. Maka ketika kami kembali dari perjalanan, kami pun bertanya kepada Nabi saw. Maka turunlah ayat ini.
Ketiga, ibnu mardawaih meriwayatkan dari al-Kalbi dari abu shaleh dari ibnu abbas bahwa pada suatu ketika rasulullah mengutus pasukan. Ketika dalam perjalanan, kabut membuat sekeliling mereka menjadi gelap sehingga mereka tidak mengetahui arah kiblat. Lalu mereka shalat. Setelah matahari terbit, mereka baru tahu bahwa shalat mereka tidak menghadap kiblat. Setelah kembali, mereka menghadap Rasulullah dan memberitahukan hal itu. Maka turunlah ayat ini. Keempat, ibnu jarir meriwayatkan dari qatadah bahwa Nabi saw bersabda, "sesungguhnya seorang saudara kalian (raja najasy) telah meninggal dunia, maka shalatilah dia." Mereka berkata, 'apakah kami menshalati orang yang bukan muslim? Maka turunlah firman-Nya, "dan diantara ahlu kitab ada yang beriman kepada allah...(ali imran:199. Lalu mereka berkat lagi, 'sesungguhnay ketika masih hidup dia tidak shalat menghadap arah kiblat.' Maka turunlah ayat ini. Riwayat ini sangat gharib dan mursal atau mu'dhal. Kelima, ibnu jarir meriwayatkan dari Mujahid, dia berkata, ketika turun firman Allah, "....berdoalah kepadaku niscaya aku aka perkenankan bagimu...( almu'min: 60). Mereka berkata, ke arah mana? Maka turunlah ayat ini.
Ayat 118
وَقَالَ الَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ لَوْلَا يُكَلِّمُنَا اللّٰهُ اَوْ تَأْتِيْنَآ اٰيَةٌ ۗ كَذٰلِكَ قَالَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِّثْلَ قَوْلِهِمْ ۗ تَشَابَهَتْ قُلُوْبُهُمْ ۗ قَدْ بَيَّنَّا الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ
118. Orang-orang yang tidak mengetahui berkata, “Mengapa Allah tidak berbicara dengan kita atau datang tanda-tanda (kekuasaan-Nya) kepada kita?” Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah berkata seperti ucapan mereka itu. Hati mereka serupa. Sungguh, telah Kami jelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada kaum yang yakin.
Asbabun Nuzul
Ibnu jarir dan ibnu abi hatim meriwayatkan dari said atau ikrimah dari ibnu abbas, dia berkata, "Rafi' bin huraimalah berkata kepada Rasulullah, jika benar engkau adalah utusan Allah seperti yang engkau katakan, maka samapaikanlah kepada Allah agar Dia berbicara kepada kami hingga kami mendengar kata-kataNya. Maka turunlah ayat ini.
Ayat 119
اِنَّآ اَرْسَلْنٰكَ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَّنَذِيْرًاۙ وَّلَا تُسْـَٔلُ عَنْ اَصْحٰبِ الْجَحِيْمِ
119. Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Nabi Muhammad) dengan hak sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Engkau tidak akan dimintai (pertanggungjawaban) tentang penghuni-penghuni neraka.
Asbabun Nuzul
Abdurrazaq berkata, At-Tsauri memberitahu kami dari musa bin ubaidillah dari Muhammad bin ka'ab al-Qarzhi bahwa Rasulullah bersabda,' duhai apakah yang terjadi dengan kedua orang tuaku? Maka turunlah ayat ini. Allah tidak menyebutkan tentang kedua orang tuanya hingga beliau meninggal. Hadits ini mursal.
Ibnu jarir meriwayatkan dari ibnu Juraij, dia berkata, " daud bin abi ashim memberitahu saya bahwa pada suatu hari Nabi saw berkata, 'dimanakah kedua orang tuaku? Maka turunlah ayat ini. Riwayat ini juga mursal.
Ayat 120
وَلَنْ تَرْضٰى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلَا النَّصٰرٰى حَتّٰى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ اِنَّ هُدَى اللّٰهِ هُوَ الْهُدٰى ۗ وَلَىِٕنِ اتَّبَعْتَ اَهْوَاۤءَهُمْ بَعْدَ الَّذِيْ جَاۤءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللّٰهِ مِنْ وَّلِيٍّ وَّلَا نَصِيْرٍ
120. Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela kepadamu (Nabi Muhammad) sehingga engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).” Sungguh, jika engkau mengikuti hawa nafsu mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak ada bagimu pelindung dan penolong dari (azab) Allah.
Asbabun Nuzul
Ats-Tsa'labi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, " orang yahudi madinah dan nasrani najran berharap agar Rasulullah shalat menghadap ke arah kiblat mereka. Ketika Allah mengubah kiblat ke ka'bah mereka pun tidak suka dan putus asa untuk membuat beliau mengikuti agama mereka. Maka turunlah ayat ini.
Ayat 125
وَاِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَاَمْنًاۗ وَاتَّخِذُوْا مِنْ مَّقَامِ اِبْرٰهٖمَ مُصَلًّىۗ وَعَهِدْنَآ اِلٰٓى اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ اَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّاۤىِٕفِيْنَ وَالْعٰكِفِيْنَ وَالرُّكَّعِ السُّجُوْدِ
125. (Ingatlah) ketika Kami menjadikan rumah itu (Ka‘bah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia. (Ingatlah ketika Aku katakan,) “Jadikanlah sebagian Maqam Ibrahim37) sebagai tempat salat.” (Ingatlah ketika) Kami wasiatkan kepada Ibrahim dan Ismail, “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang iktikaf, serta yang rukuk dan sujud (salat)!”
37) Maqam Ibrahim adalah tempat beliau berdiri saat membangun Ka‘bah. Namun, ada juga yang memahaminya sebagai Masjidilharam secara umum, sebagaimana ada juga yang memahaminya sebagai tempat beliau pernah salat.
Asbabun Nuzul
Al-bukhary dan yang lainnya meriwayatkan dari Umar, dia berkata, " tiga halyang saya katakan sesuai dengan firman Allah. Pertama, saya berkata, 'ya Rasulullah, sekiranya engkau jadikan Maqam Ibrahim sebagai tempat shalat. Maka turunlah ayat ini. Kedua, saya berkata, 'ya Rasulallah, sesungguhnya yang mendatangi para istrimu ada orang yang baik dan ada yang jahat. Seandainya engkau perintahkan mereka untuk berhijab. Maka turunlah ayat hijab. Ketiga, suatu ketika para istri Rasulullah melampiaskan rasa cemburu kepada beliau. Maka saya katakan kepada mereka, 'mudah-mudahan Allah akan member ganti kepadanya istri-istri yang lebih baik daripada kalian. Maka turunlah firman Allah dalam hal ini.
Riwayat diatas mempunyai jalan periwayatan yang banyak:
Pertama, diriwayatkan oleh ibnu abi hatim dan ibnu mardawaih dari jabir, dia berkata, 'ketika Nabi saw melakukan tawaf (pada hari fathul Makkah) , umar berkata kepada beliau. ' inikah maqam ayah kami Ibrahim? Beliau menjawab: ya. Umar bertanya, 'mengapa kita tidak jadikannya sebagai tempat shalat? Maka Allah menurunkan ayat ini.
Kedua, ibnu mardawaih meriwayatkan dari 'amr bin maimun dari umar bin Khaththab bahwa dia melewati Maqam Ibrahim, lalu ia berkata, ya Rasulallah bukankah kita sedang berdiri di Maqam kekasih Tuhan kita? Rasul saw menjawab: ya. Umar berkata : mengapa kita tidak menjadikannya sebagai tempat shalat. Tidak lama dari itu turunlah ayat ini. Secara zahir riwayat ini dan riwayat sebelumnnya, ayat ini diturunkan pada haji wada'
Ayat 130
وَمَنْ يَّرْغَبُ عَنْ مِّلَّةِ اِبْرٰهٖمَ اِلَّا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهٗ ۗوَلَقَدِ اصْطَفَيْنٰهُ فِى الدُّنْيَا ۚوَاِنَّهٗ فِى الْاٰخِرَةِ لَمِنَ الصّٰلِحِيْنَ
130. Siapa yang membenci agama Ibrahim selain orang yang memperbodoh dirinya sendiri? Kami benar-benar telah memilihnya (Ibrahim) di dunia ini dan sesungguhnya di akhirat dia termasuk orang-orang saleh.
Asbabun Nuzul
Ibnu uyainah berkata, "diriwayatkan bahwa Abdullah bin salam mengajak kedua keponakannya, salamah dan muhajir, untuk masuk Islam. Dia berkata, "telah kalian ketahui bahwa Allah berfirman dalam Taurat, 'sesungguhnya Aku akan mengutus seorang Nabi yang bernama Ahmad dari keturunan Ismail. Siapa yang beriman kepadanya, maka dia mendapat petunjuk dan berada dalam kebenaran. Dan siapa yang tidak beriman, maka dia akan terlaknat". Maka salamah pun masuk Islam, namun muhajir tidak mengikuti jejaknya. Lalu turunlah ayat ini.
Ayat 135
وَقَالُوْا كُوْنُوْا هُوْدًا اَوْ نَصٰرٰى تَهْتَدُوْا ۗ قُلْ بَلْ مِلَّةَ اِبْرٰهٖمَ حَنِيْفًا ۗوَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
135. Mereka berkata, “Jadilah kamu (penganut) Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.” Katakanlah, “(Tidak.) Akan tetapi, (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus dan dia tidak termasuk orang-orang musyrik.”
Asbabun Nuzul
Ibnu abi hatim meriwayatkan dari Sa'id atau ikrimah dari ibnu Abbas, dia berkata, "ibnu shuriya berkata kepada Nabi saw 'petunjuk itu hanyalah apa yang kami ikuti. Karena itu ikutilah kami hai Muhammad agar engkau juga mendapat petunjuk' Orang-orang Nashrani juga mengatakan hal yang serupa. Maka Allah menurukna ayat ini.
Ayat 142-144
۞ سَيَقُوْلُ السُّفَهَاۤءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلّٰىهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِيْ كَانُوْا عَلَيْهَا ۗ قُلْ لِّلّٰهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُۗ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِۗ وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ ۗوَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ
142. Orang-orang yang kurang akal di antara manusia akan berkata, “Apakah yang memalingkan mereka (kaum muslim) dari kiblat yang dahulu mereka (berkiblat) kepadanya?” Katakanlah (Nabi Muhammad), “Milik Allahlah timur dan barat. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk).”
143. Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan40) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menetapkan kiblat (Baitulmaqdis) yang (dahulu) kamu berkiblat kepadanya, kecuali agar Kami mengetahui (dalam kenyataan) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sesungguhnya (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.
40) Umat pertengahan berarti umat pilihan, terbaik, adil, dan seimbang, baik dalam keyakinan, pikiran, sikap, maupun perilaku.
144. Sungguh, Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit. Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Di mana pun kamu sekalian berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab41) benar-benar mengetahui bahwa (pemindahan kiblat ke Masjidilharam) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.
41) Orang-orang yang diberi kitab adalah kaum Yahudi dengan kitab Tauratnya dan Kaum Nasrani dengan kitab Injilnya (lihat surah al-Baqarah/2: 105).
Asbabun Nuzul
Ibnu ishaq berkata, "Ismail bin khalid memberitahu saya dari abu ishaq dari al-barra', dia berkata,' Dulu Rasulullah shalat menghadap ke arah Baitulmaqdis. Ketika itu beliau sering melihat ke langit menantikan perintah Allah. Maka turunlah ayat 144. Lalu seorang muslim berkata, kami ingin mengetahui tentang orang yang meninggal sebelum arah kiblat berubah dan bagaimana shalat kita ketika masih menghadap ke Baitulmaqdis? Maka Allah menurunkan ayat 143. Namun orang-orang yang akalnya kurang berkata,' apa yang membuat mereka meninggalkan kiblat mereka sebelumnya? Maka Allah menurunkan ayat 142.
Terdapat beberapa riwayat lain yang sejenis. Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari al-Barra', dia berkata," beberapa orang meninggal dan terbunuh sebelum arah kiblat diubah sehingga kami tidak tahu apa yang kami katakan tentang mereka. Maka Allah menurunkan '......dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu...(143)
Ibnu jarir meriwayatkan dari as-suddi dengan sanad-sanadnya, dia berkata,"ketika kiblat shalat Rasulullah dipindahkan ke arah ka'bah yang sebelumnya ke Baitulmaqdis, Musyrikin Mekah berkata, 'Muhammad bingung dengan agamanya sehingga kiblatnya mengarah kepada kalian. Dia tahu bahwa kalian lebih benar dan dia pun akan masuk ke dalam agama kalian." Maka Allah menurunkan ayat ini.
Ayat 154
وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَنْ يُّقْتَلُ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتٌ ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ وَّلٰكِنْ لَّا تَشْعُرُوْنَ
154. Janganlah kamu mengatakan bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Namun, (sebenarnya mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.
Asbabun Nuzul
Ibnu Mandah meriwayatkan dalam shahabah dari as-Suddi ash-Shagir dari al-Kalbi dari Abu shaleh dari ibnu abbas, dia berkata,"Tamim ibnul Hammam terbunuh pada perang Badar, maka ayat ini diturunkan tentangnya dan yang lainnya yang syahid. Abu nu'aim berkata,' para ulama sepakat bahwa yang terbunuh itu Umair ibnul Hammam dan as-Suddi melakukan kesalahan ketika menuliskan namanya.
Ayat 158
۞ اِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَاۤىِٕرِ اللّٰهِ ۚ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ اَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ اَنْ يَّطَّوَّفَ بِهِمَا ۗ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًاۙ فَاِنَّ اللّٰهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ
158. Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian syiar (agama) Allah.43) Maka, siapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa baginya mengerjakan sai44) antara keduanya. Siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri,45) lagi Maha Mengetahui.
43) Yang dimaksud dengan syiar adalah simbol-simbol keagungan agama Allah Swt.-><-44) Sai berarti berjalan dan berlari-lari kecil tujuh kali antara Safa dan Marwah ketika melakukan ibadah haji atau umrah. Ungkapan tidak ada dosa dimaksudkan untuk menghilangkan keberatan sebagian sahabat untuk mengerjakan sai karena Safa dan Marwah merupakan bekas tempat berhala.-><-45) Maksud Allah Swt. mensyukuri hamba-Nya adalah memberi pahala atas amalnya, memaafkan kesalahannya, menambah nikmatnya dan sebagainya.
Asbabun Nuzul
Imam Bukhari, imam muslim dan yang lainnya meriwayatkan dari urwah, dia berkata," saya katakan kepada Aisyah istri Nabi saw, perhatikanlah firman Allah ayat 158. Saya kira tidak ada dosa bagi orang yang tidak melakukan sa'i di antara keduanya. Maka Aisyah berkata,' buruk sekali yang kamu katakan itu wahai anak saudariku. Seandainya makna ayat itu seperti yang engkau pahami, maka artinya, tidak ada dosa baginya untuk tidak melakukan sa'i daiantara keduanya.' Akan tetapi ayat itu turun karena orang Anshar belum masuk Islam, melakukan sai diantara keduanya sambil menyebut-nyebut nama patung Manat sebagai sebuah prosesi ritual. Setlah masuk Islam, mereka merasa keberatan untuk melakukan sai antara shafa dan marwah. Maka mereka bertanya kepada Rasulullah, 'Ya Rasulallah, sesungguhnya kami tidak suka untuk melakukan sai antara shafa dan marwah pada masa jahiliah. Maka allah menurunkan ayat ini.
Imam Bukhari meriwayatkan dari ashim bin sulaiman, dia berkata," saya bertanya kepada anas tentang shafa dan marwah. Maka dia menjawab, 'dulu keduanya bagian dari ritual jahiliah, ketika Islam datang, kami pun tidak melakukanya lagi. Lalu Allah menurunkan ayat ini. Al-Hakim meriwayatkan dari ibnu abbas, dia berkata," pada masa jahiliah, setan-setan bernyanyi sepanjang malam di antara shafa dan marwah . dan dulu diantara keduanya terdapat sejumlah berhala yang disembah oleh orang Musyrik. Ketikla Islam datang, orang-orang muslim berkata kepada Rasulullah,' Ya Rasulullah, kami tidak akan melakukan sa'i antata shafa dan marwah karena kami melakukan hal itu pada masa jahiliah. Maka turunlah ayat ini.
Ayat 159
اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ اَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنٰتِ وَالْهُدٰى مِنْۢ بَعْدِ مَا بَيَّنّٰهُ لِلنَّاسِ فِى الْكِتٰبِۙ اُولٰۤىِٕكَ يَلْعَنُهُمُ اللّٰهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللّٰعِنُوْنَۙ
159. Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah Kami jelaskan kepada manusia dalam Kitab (Al-Qur’an), mereka itulah yang dilaknat Allah dan dilaknat (pula) oleh mereka yang melaknat,
Asbabun Nuzul
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim dari Sa'id atau 'Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas, bahwa Mu'adz bin Jabal, Sa'd bin Mu'adz dan Kharijah bin Zaid bertanya kepada segolongan Pendeta Yahudi tentang beberapa hal yang terdapat di dalam Taurat. Para pendeta menyembunyikan hal tersebut dan enggan memberitahukannya. Maka Allah menurunkan ayat ini.
Ayat 164
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِيْ تَجْرِيْ فِى الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ مَّاۤءٍ فَاَحْيَا بِهِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَاۤبَّةٍ ۖ وَّتَصْرِيْفِ الرِّيٰحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ
164. Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang47) bahtera yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengannya Dia menghidupkan bumi setelah mati (kering), dan Dia menebarkan di dalamnya semua jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mengerti.
47) Pergantian malam dan siang akibat rotasi bumi menggerakkan udara secara global berupa angin. Dengan angin, kapal dapat bergerak menggunakan layar. Angin pula yang menggerakkan uap air dari lautan hingga membentuk awan lalu mendorongnya ke daratan hingga tercurah sebagai hujan. Dengan hujan itu, tumbuhlah tumbuhan yang menghidupi beragam jenis hewan.
Asbabun Nuzul
Sa'id bin Manshur di dalam Sunannya, al-Faryabi di dalam Tafsirnya, dan al-Baihaqi dalam Kitab Syu'bul Iman meriwayatkan dari Abudh-Dhuha, dia berkata, ketika turun ayat " dan tuhan kamu adalah tuhan yang maha esa, tidak ada tuhan selain dia...."(2: 163), kaum musyrikin kaget dan bertanya-tanya. "Apakah benar Tuhan itu tunggal? Jika benar demikian, berikanlah kepada kami bukti-buktinya!" Maka turunlah ayat ini. Saya berpendapat bahwa Hadits ini mu'dlal, tetapi ada syahid (penguat) yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Abu-Syaikh di dalam kitab al-'Izhmah yang bersumber dari 'Atha', bahwa setelah turun ayat " dan tuhan kamu adalah tuhan yang maha esa, tidak ada tuhan selain dia...."(2: 163), kepada Nabi SAW di Madinah, kafir Quraisy di Mekah bertanya. "Bagaimana Tuhan Yang Tunggal dapat mendengar manusia yang banyak?" Maka turunlah ayat ini.
Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Mardawaih meriwayatkan dengan sanad yang baik dan bersambung dari ibnu abbas, dia berkata, "kaum Quraisy berkata kepada Nabi Muhammad SAW. "Berdoalah kepada Allah untuk mengubah bukit shafa dan marwah meenjadi emas untuk kita jadikan bekal menghadapi musuh". Maka Allah menurunkan wahyu kepadanya (S. 5: 115) untuk menyanggupi permintaan mereka dengan syarat apabila mereka kufur setelah dipenuhi permintaan mereka, Allah akan memberikan siksaan yang belum pernah diberikan kepada yang lain di alam ini. Maka Nabi saw berdoa: "biarlah aku berdakwah kepada kaumku hari demi hari secara perlahan." Maka Allah menurunkan ayat ini. Bagaimana mereka memintamu mengubah shafa dan marwah menjadi emas, sedangkan mereka telah melihat bukti-bukti kebesaran Allah yang lebih besar?
Ayat 170
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّبِعُوْا مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ قَالُوْا بَلْ نَتَّبِعُ مَآ اَلْفَيْنَا عَلَيْهِ اٰبَاۤءَنَا ۗ اَوَلَوْ كَانَ اٰبَاۤؤُهُمْ لَا يَعْقِلُوْنَ شَيْـًٔا وَّلَا يَهْتَدُوْنَ
170. Apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab, “Tidak. Kami tetap mengikuti kebiasaan yang kami dapati pada nenek moyang kami.” Apakah (mereka akan mengikuti juga) walaupun nenek moyang mereka (itu) tidak mengerti apa pun dan tidak mendapat petunjuk?
Asbabun Nuzul
Ibnu abi hatim meriwayatkan dari jalur said atau ikrimah dari ibnu abbas, dia berkata," Rasulullah mengajak dan mendorong orang-orang Yahudi masuk Islam. Beliau juga memperingatkan mereka akan siksa Allah. Maka Rafi bin Huraimalah dan malik bin auf berkata, 'kami hanya akan mengikuti apa yang dianut nenek moyang kami karena mereka lebih tahu dan lebih baik dari kami. Maka Allah menurunkan ayat ini.
Ayat 174
اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنَ الْكِتٰبِ وَيَشْتَرُوْنَ بِهٖ ثَمَنًا قَلِيْلًاۙ اُولٰۤىِٕكَ مَا يَأْكُلُوْنَ فِيْ بُطُوْنِهِمْ اِلَّا النَّارَ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللّٰهُ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَلَا يُزَكِّيْهِمْ ۚوَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ
174. Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Kitab (Taurat), dan menukarkannya dengan harga murah, mereka hanya menelan api neraka ke dalam perutnya. Allah tidak akan menyapa mereka pada hari Kiamat dan tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang sangat pedih.
Asbabun Nuzul
Ibnu jarir meriwayatkan dari ikrimah tentang ayat ini dan ayat dalam surat ali imran: 77. Keduanya turun pada orang Yahudi.
Ats-Tsa'labi meriwayatkan dari al-kalbi dari abu shaleh dari ibnu abbas. Ayat di atas turun kepada para pemimpin dan pendeta Yahudi, mereka mengambil hadiah dan pemberian dari rakyat mereka. Mereka berharap agar Nabi yang akan diutus dari kalangan mereka. Ketika Rasulullah diutus bukan dari mereka, mereka pun takut kedudukan dan sumber kehidupan mereka hilang. Maka mereka mengubah isi taurat yang menyebutkan ciri-ciri Nabi Muhammad. Kemudian mereka memperlihatkan isi Taurat yang sudah diubah itu kepada orang Yahudi lainnya dan mereka berkata,'sifat nabi yang turun di akhir zaman tidak sesuai dengan sifat orang yang mengaku nabi itu. Maka Allah menurunkan ayat ini.
Ayat 177
۞ لَيْسَ الْبِرَّاَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيّٖنَ ۚ وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۙ وَالسَّاۤىِٕلِيْنَ وَفىِ الرِّقَابِۚ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ ۚ وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عَاهَدُوْا ۚ وَالصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ
177. Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, melainkan kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab suci, dan nabi-nabi; memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir, peminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya; melaksanakan salat; menunaikan zakat; menepati janji apabila berjanji; sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
Asbabun Nuzul
Abdurraazaq berkata," Muammar memberitahu kami dari Qatadah. Orang Yahudi beribadah menghadap ke barat. Sedangkan orang Nasrani menghadap ke timur. Maka allah menurunkan ayat ini. Ibnu abi hatim juga meriwayatkan dari abul aliyah seperti riwayat ini.
Ibnu jarir dan ibnul mundzir meriwayatkan dari qatadah. Kami diberitahu bahwa seorang laki-laki pernah bertanya kepada Nabi saw tentang kebajikan. Maka Allah menurunkan ayat ini. Kemudian Beliau memanggil orang yang bertanya tadi dan beliau membacakannya. Ketika orang itu bersyahadat, kewajiban menunaikan ibadah fardu belum turun, kemudian orang itu meninggal dunia. Rasulullah pun mengharapkan kebaikan untuknya. Ketika itu orang yahudi beribadah menghadap barat dan Nasrani ke timur.
Ayat 178
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِى الْقَتْلٰىۗ اَلْحُرُّ بِالْحُرِّ وَالْعَبْدُ بِالْعَبْدِ وَالْاُنْثٰى بِالْاُنْثٰىۗ فَمَنْ عُفِيَ لَهٗ مِنْ اَخِيْهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ ۢبِالْمَعْرُوْفِ وَاَدَاۤءٌ اِلَيْهِ بِاِحْسَانٍ ۗ ذٰلِكَ تَخْفِيْفٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ ۗفَمَنِ اعْتَدٰى بَعْدَ ذٰلِكَ فَلَهٗ عَذَابٌ اَلِيْمٌ
178. Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepadamu (melaksanakan) kisas berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka, hamba sahaya dengan hamba sahaya, dan perempuan dengan perempuan. Siapa yang memperoleh maaf dari saudaranya hendaklah mengikutinya dengan cara yang patut dan hendaklah menunaikan kepadanya dengan cara yang baik.48) Yang demikian itu adalah keringanan dan rahmat dari Tuhanmu. Siapa yang melampaui batas setelah itu, maka ia akan mendapat azab yang sangat pedih.
48) Perintah untuk memberikan kebaikan dengan cara yang baik berlaku untuk kedua belah pihak, baik pembunuh maupun wali korban pembunuhan.
Asbabun Nuzul
Ibnu abi hatim meriwayatkan dari sa'ad ibn zubair. Pada masa jahiliyah, penduduk dua perkampungan arab pernah berperang karena sebab yang sepele, diantara mereka banyak yang mati dan terluka, sampai budak dan wanita pun terbunuh, mereka tidak mempermasalahkannya hingga mereka masuk Islam. Ketika itu salah satu perkampungan mempunyai persenjataan dan harta yang lebih banyak. Mereka bersumpah apabila seorang budak terbunuh, maka balasannya orang merdeka dibunuh lagi, dan bila seorang wanita yang terbunuh, maka dengan laki-laki. Maka allah menurunkan ayat ini.
Ayat 184
أَيَّامًا مَّعْدُودَٰتٍ ۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى ٱلَّذِينَ يُطِيقُونَهُۥ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُۥ ۚ وَأَن تَصُومُوا۟ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Asbabun Nuzul
Ibnu sa'ad dalam at-Thabaqat meriwayatkan dari Mujahid, dia berkata." Ayat ini turun pada tuan saya, Qais ibnus-saaib. Lalu diapun tidak berpuasa dan memberi makan kepada orang miskin untuk setiap harinya.
Ayat 186
وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
186. Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Asbabun Nuzul
Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Mardawaih, Abussyaikh dan lain-lainnya meriwayatkan dari beberapa jalan, dari Jarir bin Abdul Hamid, dari Abdah as-Sajastani, dari as-Shalt bin Hakim bin Mu'awiyah bin Jaidah, dari bapaknya yang bersumber dari datuknya. Suatu hari seorang Arab Badui mendatangi Nabi SAW lalu bertanya: "Apakah Tuhan kita itu dekat, sehingga kami dapat bermunajat kepada-Nya, atau jauh, sehingga kami harus berteriak menyeru-Nya?" Nabi SAW terdiam, hingga turunlah ayat ini 'Abdurrazzaq meriwayatkan dari Hasan al-Bashri, beberapa shahabat bertanya kepada Nabi SAW: "Dimanakah Tuhan kita?" maka turunlah ayat ini.
Riwayat ini mursal, tapi ada sumber-sumber lain yang memperkuatnya.
Pertama, Ibnu 'Asakir meriwayatkan dari Ali. Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah kalian berkecil hati dalam berdoa, karena Allah SWT telah berfirman "...berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya.. (al-Mu'min: 60)". Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Wahai Rasulullah! Apakah Tuhan mendengar doa kita atau bagaimana?" maka turunlah ayat ini.
Kedua, Ibnu Jarir meriwayatkan dari 'Atha bin abi Rabah, bahwa ketika turun ayat "... berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya.. (al-Mu'min: 60)". para shahabat tidak mengetahui waktu yang tepat untuk berdoa. Maka turunlah ayat ini.
Ayat 187
اُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ اِلٰى نِسَاۤىِٕكُمْ ۗ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَاَنْتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ اللّٰهُ اَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُوْنَ اَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ ۚ فَالْـٰٔنَ بَاشِرُوْهُنَّ وَابْتَغُوْا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَكُمْ ۗ وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْاَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِۖ ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَامَ اِلَى الَّيْلِۚ وَلَا تُبَاشِرُوْهُنَّ وَاَنْتُمْ عٰكِفُوْنَۙ فِى الْمَسٰجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ فَلَا تَقْرَبُوْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ
187. Dihalalkan bagimu pada malam puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkanmu. Maka, sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian, sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Akan tetapi, jangan campuri mereka ketika kamu (dalam keadaan) beriktikaf di masjid. Itulah batas-batas (ketentuan) Allah. Maka, janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka bertakwa.
Asbabun Nuzul
Imam Ahmad, Abu Dawud dan al-Hakim meriwayatkan dari Abdurrahman bin Abi Laila, yang bersumber dari Mu'adz bin Jabal Para sahabat menganggap bahwa makan, minum dan menggauli istrinya pada malam hari bulan Ramadhan, hanya boleh dilakukan sebelum mereka tidur. Qais bin Shirmah (dari golongan Anshar) merasa kepayahan setelah bekerja pada siang harinya. Karenanya setelah shalat Isya, ia tertidur, sehingga tidak makan dan minum hingga pagi. Adapun Umar bin Khaththab menggauli istrinya setelah tertidur pada malam hari bulan Ramadhan. Keesokan harinya ia menghadap kepada Nabi SAW untuk menerangkan hal itu. Maka turunlah ayat ini. Ini adalah hadits masyhur dari abu laila, akan tetapi ia tidak pernah mendengar dari muadz secara langsung, dan riwayat ini mempunyai sejumlah penguat.
Imam Bukhari meriwayatkan dari al-Barra. Seorang shahabat Nabi SAW tidak makan dan minum pada malam bulan Ramadhan, karena tertidur setelah tibanya waktu berbuka puasa. Pada malam itu ia tidak makan sama sekali, dan keesokan harinya ia berpuasa lagi. Seorang shahabat lainnya bernama Qais bin Shirmah (dari golongan Anshar), ketika tiba waktu berbuka puasa, meminta makanan kepada istrinya yang kebetulan belum tersedia. Ketika istrinya menyediakan makanan, karena lelahnya bekerja pada siang harinya, Qais bin Shirmah tertidur. Setelah
makanan tersedia, istrinya mendapatkan suaminya tertidur. Berkatalah ia: "Wahai, celakalah engkau." (Pada waktu itu ada anggapan bahwa apabila seseorang sudah tidur pada malam hari bulan puasa, tidak dibolehkan makan). Pada tengah hari keesokan harinya, Qais bin Shirmah pingsan. Kejadian ini disampaikan kepada Nabi SAW. Maka turunlah ayat tersebut ini. sehingga gembiralah kaum Muslimin.
imam Bukhari meriwayatkan juga dari al-Barra. Para shahabat Nabi SAW apabila tiba bulan Ramadhan tidak mendekati istrinya sebulan penuh. Akan tetapi terdapat di antaranya yang tidak dapat menahan nafsunya. Maka turunlah ayat ini Imam Ahmad, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abdullah bin Ka'b bin Malik, dari bapaknya. Pada waktu itu para sahabat beranggapan bahwa pada bulan Ramadhan haram bagi yang shaum untuk makan, minum dan menggauli istrinya setelah tertidur malam hari sampai ia berbuka puasa keesokan harinya. Pada suatu ketika 'umar bin Khaththab pulang dari rumah Nabi SAW setelah larut malam. Ia menginginkan menggauli istrinya, tapi istrinya berkata: "Saya sudah tidur." 'Umar berkata: "Kau tidak tidur", dan ia pun menggaulinya. Demikian juga Ka'b berbuat seperti itu. Keesokan harinya 'umar menceritakan hal dirinya kepada Nabi SAW. Maka turunlah ayat ini.
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Sahl bin Sa'id. Diturunkan ayat '...dan makan minumlah hingga terang bagimu benar putih dari benang hitam...' tanpa Kata "minal fajri". Ketika itu, jika orang-orang ingin berpuasa mereka mengikat kaki dengan tali putih dan tali hitam. Mereka makan dan minum sampai jelas terlihat perbedaan antara ke dua tali itu, Maka turunlah ayat "minal fajri". Kemudian mereka mengerti bahwa khaithul abydlu minal khaitil aswadi itu tiada lain adalah siang dan malam.
ibnu Jarir meriwayatkan dari Qatadah. Apabila seseorang sedang beritikaf, lalu ia keluar dari masjid dan pulang ke rumah jika dia mau menggauli istrinya. Maka turunlah ayat '...dan janganlah kalian campuri mereka (istri) ketika kamu sedang beritikaf di masjid.'
Ayat 188
وَلَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوْا بِهَآ اِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوْا فَرِيْقًا مِّنْ اَمْوَالِ النَّاسِ بِالْاِثْمِ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ ࣖ
188. Janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada para hakim dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.
Asbabun Nuzul
Ibnu hatim meriwayatkan dari said bin zubair, dia berkata, "Umru'ul Qais bin abis dan abdan bin asywa' al-hadhrami memperebutkan sebidang tanah. Lalu Umru'ul Qais ingin bersumpah. Maka turunlah ayat ini.
Ayat 189
۞ يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْاَهِلَّةِ ۗ قُلْ هِيَ مَوَاقِيْتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ ۗ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِاَنْ تَأْتُوا الْبُيُوْتَ مِنْ ظُهُوْرِهَا وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقٰىۚ وَأْتُوا الْبُيُوْتَ مِنْ اَبْوَابِهَا ۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
189. Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang bulan sabit.52) Katakanlah, “Itu adalah (penunjuk) waktu bagi manusia dan (ibadah) haji.” Bukanlah suatu kebajikan memasuki rumah dari belakangnya, tetapi kebajikan itu adalah (kebajikan) orang yang bertakwa. Masukilah rumah-rumah dari pintu-pintunya, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.
52) Bulan sabit adalah bukti meyakinkan pergantian bulan. Setelah bulan sabit akhir bulan tampak tipis seperti pelepah kurma (surah Yāsīn/36: 39) menjelang pagi, pada malam berikutnya bulan ‘mati’ (tidak tampak sama sekali), kemudian disusul tampaknya bulan sabit tipis sesaat setelah magrib. Itulah awal bulan yang digunakan untuk perhitungan waktu ibadah, seperti puasa Ramadan dan haji.
Asbabun Nuzul
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari al-Ufi dari Ibnu Abbas. Orang-orang bertanya kepada Rasulullah tentang hilal. Lalu tuurnlah ayat ini.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abil 'Aliah. Kami mendengar bahwa para sahabat bertanya kepada Rasulullah: "Untuk apa diciptakan hilal?" Maka turun ayat ini
Abu Na'im dan Ibnu 'Asakir meriwayatkan dalam tarikh Dimasyqa, dari as-Suddi as-Shaghir, dari al-Kalbi dari Abi Shaleh dari Ibnu Abbas bahwa Mu'adz bin Jabal dan Tsa'labah bin Ghunamah bertanya kepada Nabi saw. "Ya Rasulullah! Mengapa hilal itu tampak kecil sehalus benang, kemudian bertambah besar hingga bundar dan kembali seperti semula, tiada tetap bentuknya?" maka turunlah ayat ini.
al-Bukhari meriwayatkan dari al-Barra. kebiasaan orang jahiliyyah sepulangnya menunaikan ihram di Baitullah memasuki rumahnya dari pintu belakang. Maka turunlah ayat ini
Ibnu Abi Hatim dan al-Hakim meriwayatkan dari Jabir dan al-hakim menshahikannya, orang-orang Quraisy yang diberi jukukan al-Hams (Ksatria), mereka memasuki rumah melalui pintunya ketika ihram, akan tetapi kaum Anshar dan orang-orang Arab lainnya masuk dan keluar tidak melalui pintunya. Suatu ketika, Rasulullah berada di sebuah kebun lalu beliau keluar melalui pintunya.ketika itu Quthbah bin Amir al-anshary keluar melalui pintu mengikuti beliau. Serempaklah mereka mengadu atas pelanggaran tersebut, sehingga Rasulullah SAW segera menegurnya. Quthbah menjawab: "Saya hanya mengikuti apa yang engkau lakukan." Rasulullah SAW bersabda: "Aku ini seorang Ahmas." Quthbah menjawab: "Saya pun penganut agamamu." Maka turunlah ayat ini.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari al-aufi dari Ibnu Abbas riwayat yang serupa dengan ini. at-Thayalisi meriwayatkan dalam musnadnya dari al-Barra, kaum Anshar yang apabila pulang dari perjalanan, tidak masuk rumah melalui pintunya. Maka turunlah ayat ini.
'abdu bin Hamid meriwayatkan dari Qais bin Habtar an-Nahsyali,. Orang-orang apabila hendak berihram di Baitullah tidak masuk melalui pintunya, kecuali golongan ksatria (al-Hams). Rasulullah SAW masuk dan keluar halaman Baitullah melalui pintunya. rifa'ah bin Tabut mengikutinya, padahal dia bukan Ahmas. Maka mengadulah orang-orang yang melihatnya: "Wahai Rasulullah, Rifa'ah melanggar." Rasulullah SAW bersabda kepada Rifa'ah: "Mengapa kamu berbuat demikian?" Ia berkata: "Saya mengikuti tuan." Nabi bersabda: "Aku ini Ksatria." Ia menjawab: "Agama kita satu," Maka turunlah ayat ini.
Ayat 190
وَقَاتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوْا ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَ
190. Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu dan jangan melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
Asbabun Nuzul
al-Wahidi meriwayatkan dari al-Kalbi dari Abi Shaleh dari Ibnu Abbas, dia berkata, " ayat ini turun pada Perjanjian Hudaibiyah yaitu ketika Rasulullah SAW dihalangi untuk memasuki Baitullah. Adapun isi perdamaian tersebut antara lain agar kaum Muslimin menunaikan umrahnya pada tahun berikutnya. Ketika Rasulullah SAW beserta shahabatnya mempersiapkan diri untuk melaksanakan umrah sesuai dengan perjanjian, para shahabat khawatir kalau-kalau orang-orang Quraisy tidak menepati janjinya, bahkan memerangi dan menghalangi mereka masuk di Masjidil Haram, padahal kaum Muslimin enggan berperang pada bulan haram. Maka turunlah ayat ini.
Ayat 194
اَلشَّهْرُ الْحَرَامُ بِالشَّهْرِ الْحَرَامِ وَالْحُرُمٰتُ قِصَاصٌۗ فَمَنِ اعْتَدٰى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوْا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدٰى عَلَيْكُمْ ۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ
194. Bulan haram dengan bulan haram54) dan (terhadap) sesuatu yang dihormati55) berlaku (hukum) kisas. Oleh sebab itu, siapa yang menyerang kamu, seranglah setimpal dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah bersama orang-orang yang bertakwa.
54) Maksudnya adalah bahwa jika diserang pada bulan haram, umat Islam diperbolehkan untuk membalas serangan pada bulan itu juga.-><-55) Sesuatu yang dihormati dapat berarti bulan haram, yaitu Zulkaidah, Zulhijah, Muharam, dan Rajab; tanah haram (Makkah), dan dalam keadaan berihram.
Asbabun Nuzul
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Qatadah. Pada bulan Dzulqaidah Nabi SAW dengan para shahabatnya berangkat ke Mekah untuk menunaikan umrah dengan membawa qurban. Setibanya di Hudaibiah, dicegat oleh kaum Musyrikin, dan dibuatlah perjanjian yang isinya antara lain agar kaum Muslimin menunaikan umrahnya pada tahun berikutnya. Pada bulan Dzulqaidah tahun berikutnya berangkatlah Nabi SAW beserta shahabatnya ke Mekah, dan tinggal di sana selama tiga malam. Kaum musyrikin merasa bangga dapat menggagalkan maksud Nabi SAW untuk umrah pada tahun yang lalu. Allah SWT membalasnya dengan meluluskan maksud umrah pada bulan yang sama pada tahun berikutnya. Lalu turunlah ayat ini.
Ayat 195
وَاَنْفِقُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا تُلْقُوْا بِاَيْدِيْكُمْ اِلَى التَّهْلُكَةِ ۛ وَاَحْسِنُوْا ۛ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ
195. Berinfaklah di jalan Allah, janganlah jerumuskan dirimu ke dalam kebinasaan, dan berbuatbaiklah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
Asbabun Nuzul
al-Bukhari meriwayatkan dari Hudzaifah. ayat ini turun pada masalah sedekah. Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Hibban, al-Hakim dan yang lainnya yang bersumber dari Abi Ayub al-Anshari. Menurut Tirmidzi hadits ini shahih. Ketika Islam telah berjaya dan berlimpah pengikutnya, kaum Anshar berbisik kepada sesamanya: "Harta kita telah habis, dan Allah telah menjayakan Islam. Bagaimana sekiranya kita membangun dan memperbaiki ekonomi kembali?" Maka turunlah ayat ini. Maka kebinasaan adalah menjaga dan merawat harta dengan meninggalkan perang.
at-Thabarani meriwayatkan dengan sanad yang shahih, dari Jabir an-Nu'man bin Basyir . ada orang yang melakukan perbuatan dosa, lalu karena putus asa dia berkata 'Allah tidak akan mengampuniku. Maka turunlah ayat ini. Hadits ini diperkuat oleh al-Hakim yang bersumber dari al-Barra.
Ayat 196
وَاَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلّٰهِ ۗ فَاِنْ اُحْصِرْتُمْ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِۚ وَلَا تَحْلِقُوْا رُءُوْسَكُمْ حَتّٰى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّهٗ ۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ بِهٖٓ اَذًى مِّنْ رَّأْسِهٖ فَفِدْيَةٌ مِّنْ صِيَامٍ اَوْ صَدَقَةٍ اَوْ نُسُكٍ ۚ فَاِذَآ اَمِنْتُمْ ۗ فَمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ اِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِۚ فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلٰثَةِ اَيَّامٍ فِى الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ اِذَا رَجَعْتُمْ ۗ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ۗذٰلِكَ لِمَنْ لَّمْ يَكُنْ اَهْلُهٗ حَاضِرِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ ࣖ
196. Sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. Akan tetapi, jika kamu terkepung (oleh musuh), (sembelihlah) hadyu56) yang mudah didapat dan jangan mencukur (rambut) kepalamu sebelum hadyu sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antara kamu yang sakit atau ada gangguan di kepala (lalu dia bercukur), dia wajib berfidyah, yaitu berpuasa, bersedekah, atau berkurban.57) Apabila kamu dalam keadaan aman, siapa yang mengerjakan umrah sebelum haji (tamatu’), dia (wajib menyembelih) hadyu yang mudah didapat. Akan tetapi, jika tidak mendapatkannya, dia (wajib) berpuasa tiga hari dalam (masa) haji dan tujuh (hari) setelah kamu kembali. Itulah sepuluh hari yang sempurna. Ketentuan itu berlaku bagi orang yang keluarganya tidak menetap di sekitar Masjidilharam. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Mahakeras hukuman-Nya.
56) Hadyu adalah hewan ternak yang disembelih di tanah haram Makkah pada Iduladha dan hari-hari tasyrik karena menjalankan haji tamattu’ atau qiran, meninggalkan salah satu manasik haji atau umrah, mengerjakan salah satu larangan manasik, atau murni ingin mendekatkan diri kepada Allah Swt. sebagai ibadah sunah.57) Fidyah (tebusan) karena tidak dapat menyempurnakan manasik haji dengan alasan tertentu.
Asbabun Nuzul
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Shafwan bin Umayyah. Seorang laki-laki berjubah yang semerbak dengan minyak za'faran menghadap kepada Nabi SAW dan berkata. "Ya Rasulullah, apa yang harus saya lakukan dalam menunaikan umrah?" Maka turunlah "Wa atimmulhajja wal 'umrata lillah." Rasulullah bersabda: "Mana orang yang tadi bertanya tentang umrah itu?" Orang itu menjawab: "Saya ya Rasulullah." Selanjutnya Rasulullah SAW bersabda. "Tanggalkan bajumu, bersihkan hidung dan mandilah dengan sempurna, kemudian kerjakan apa yang biasa kau kerjakan pada waktu haji."
Diriwayatkan oleh al-Bukhari yang bersumber dari Ka'b bin 'Ujrah. Ketika sedang melakukan umrah, saya merasa kepayahan, karena di rambut dan di muka saya bertebaran kutu. Ketika itu Rasulullah SAW melihat aku kepayahan karena penyakit pada rambutku itu. Maka turunlah "fafidyatum min shiyamin aw shadaqatin aw nusuk" khusus tentang aku dan berlaku bagi semua. Rasulullah bersabda: "Apakah kamu punya biri-biri untuk fidyah?" Aku menjawab bahwa aku tidak memilikinya. Rasulullah SAW bersabda: "Berpuasalah kamu tiga hari, atau beri makanlah enam orang miskin. Tiap orang setengah sha' makanan, dan bercukurlah kamu
Diriwayatkan oleh Ahmad dari Ka'b. ketika Rasulullah SAW beserta shahabat berada di Hudaibiyah sedang berihram, kaum musyrikin melarang mereka meneruskan umrah. Salah seorang shahabat, yaitu Ka'b bin Ujrah, kepalanya penuh kutu hingga bertebaran ke mukanya. Ketika itu Rasulullah SAW lewat di hadapannya dan melihat Ka'b bin 'Ujrah kepayahan. lalu Rasulullah SAW bersabda: "Apakah kutu-kutu itu mengganggu?" Rasulullah menyuruh agar orang itu bercukur dan membayar fidyah.
Diriwayatkan oleh al-Wahidi dari 'Atha dari Ibnu Abbas. Ketika Rasulullah SAW dan para shahabat berhenti di Hudaibiahdatanglah Ka'ab bin 'Ujrah yang di kepala dan mukanya bertebaran kutu karena banyaknya. Ia berkata: "Ya Rasulullah, kutukutu ini sangat menyakitkanku." Maka turunlah ayat ini.
Ayat 197
اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌ ۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيْهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوْقَ وَلَا جِدَالَ فِى الْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ يَّعْلَمْهُ اللّٰهُ ۗ وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ
197. (Musim) haji itu (berlangsung pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi.58) Siapa yang mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, janganlah berbuat rafaṡ,59) berbuat maksiat, dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala kebaikan yang kamu kerjakan (pasti) Allah mengetahuinya. Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.
58) Waktu yang dimaklumi untuk pelaksanaan ibadah haji ialah Syawal, Zulkaidah, dan 10 malam pertama Zulhijah.59) Rafaṡ berarti ‘mengeluarkan perkataan yang menimbulkan birahi, perbuatan yang tidak senonoh, atau hubungan seks’.
Asbabun Nuzul
Al-Bukhari dan yang lainnya meriwayatkan dari ibnu abbas, dia berkata, "orang yaman selalumenunaikan haji tanpa membawa bekal. Dan mereka berkata, 'kami bertawakkal kepada Allah' Maka turunlah ayat ini.
Ayat 198
لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ اَنْ تَبْتَغُوْا فَضْلًا مِّنْ رَّبِّكُمْ ۗ فَاِذَآ اَفَضْتُمْ مِّنْ عَرَفٰتٍ فَاذْكُرُوا اللّٰهَ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ ۖ وَاذْكُرُوْهُ كَمَا هَدٰىكُمْ ۚ وَاِنْ كُنْتُمْ مِّنْ قَبْلِهٖ لَمِنَ الضَّاۤلِّيْنَ
198. Bukanlah suatu dosa bagimu mencari karunia dari Tuhanmu (pada musim haji). Apabila kamu bertolak dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masyarilharam.60) Berzikirlah kepada-Nya karena Dia telah memberi petunjuk kepadamu meskipun sebelumnya kamu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.
60) Yang dimaksud dengan Masyarilharam adalah bukit Quzah di Muzdalifah. Akan tetapi, telah disepakati bahwa Muzdalifah secara keseluruhan dapat digunakan sebagai tempat mabīt.
Asbabun Nuzul
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Ibnu Abbas. pada zaman Jahiliyyah terkenal pasar-pasar bernama Ukadh, Mijnah dan Dzul-Majaz. Kaum Muslimin merasa berdosa apabila berdagang di musim haji di pasar itu. Mereka bertanya kepada Rasulullah SAW tentang hal itu. Maka turunlah ayat ini.
Diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Jarir, al-Hakim dan lainnya dari Abi Umamah at-Taimi. Dia bertanya kepada Ibnu Umar tentang menyewakan kendaraan sambil naik haji. Ibnu Umar menjawab: "Pernah seorang laki-laki bertanya seperti itu kepada Rasulullah SAW yang seketika itu juga turun "Laisa 'alaikum junahun an tabtaghu fadl-lan min rabbikum". Rasulullah SAW memanggil orang itu dan bersabda: "Kamu termasuk orang yang menunaikan ibadah haji."
Ayat 199
ثُمَّ اَفِيْضُوْا مِنْ حَيْثُ اَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
199. Kemudian, bertolaklah kamu dari tempat orang-orang bertolak (Arafah) dan mohonlah ampunan kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Asbabun Nuzul
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas. orang-orang Arab wuquf di 'Arafah, sedang orang-orang Quraisy wuquf di Muzdalifah, Maka turunlah ayat ini
Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir dari Asma binti Abi Bakar. orang-orang Quraisy wuquf di dataran rendah Muzdalifah, dan selain orang Quraisy, wuquf di dataran tinggi 'Arafah kecuali Syaibah bin Rabi'ah. Maka Allah menurunkan ayat ini.
Ayat 200
فَاِذَا قَضَيْتُمْ مَّنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَذِكْرِكُمْ اٰبَاۤءَكُمْ اَوْ اَشَدَّ ذِكْرًا ۗ فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا وَمَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ
200. Apabila kamu telah menyelesaikan manasik (rangkaian ibadah) haji, berzikirlah kepada Allah sebagaimana kamu menyebut-nyebut nenek moyang kamu, bahkan berzikirlah lebih dari itu. Di antara manusia ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia,” sedangkan di akhirat dia tidak memperoleh bagian apa pun.
Asbabun Nuzul
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas. orang-orang Jahiliyyah wuquf di musim pasar. Sebagian dari mereka selalu membangga-banggakan nenek moyangnya yang telah membagi-bagi makanan, meringankan beban, serta membayarkan diat. Dengan kata lain, di saat wuquf itu, mereka menyebut-nyebut apa yang pernah dilakukan oleh nenek moyangnya. Maka turunlah ayat ini.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid. orang-orang di masa itu apabila telah melakukan manasik, berdiri di sisi jumrah menyebut-nyebut jasa-jasa nenek moyang di zaman jahiliyyah. Maka turunlah ayat ini.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas. salah satu suku bangsa Arab sesampainya ke tempat wuquf berdoa: "Ya Allah, semoga Allah menjadikan tahun ini tahun yang banyak hujannya, tahun makmur yang membawa kemajuan dan kebaikan. Mereka tidak menyebut-nyebut urusan akhirat sama sekali. Maka Allah menurunkan ayat ini. Setelah itu kaum Muslimin berdoa sesuai petunjuk dalam ayat 201. yang kemudian ditegaskan oleh Allah SWT dengan firman-Nya ayat berikutnya
Ayat 204
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُّعْجِبُكَ قَوْلُهٗ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللّٰهَ عَلٰى مَا فِيْ قَلْبِهٖ ۙ وَهُوَ اَلَدُّ الْخِصَامِ
204. Di antara manusia ada yang pembicaraannya tentang kehidupan dunia mengagumkan engkau (Nabi Muhammad) dan dia menjadikan Allah sebagai saksi atas (kebenaran) isi hatinya. Padahal, dia adalah penentang yang paling keras.
Asbabun Nuzul
Ibnu abi hatim meriwayatkan dari said atau ikrimah dari ibnu abbas, dia berkata, "ketika rombongan pasukan yang di dalamnya terdapat ashim dan martsad kalah perang, dua orang munafiq berkata,'rugilah orang-orang yang tertipu dan binasa seperti itu. Mereka tidak duduk bersama keluarga, tidak juga menunaikan tugas pemimpinnya. Maka Allah menurunkan ayat ini.
Ibnu jarir meriwayatkan dari as-suddi, dia berkata, " ayat ini turun mengenai al-akhnas bin syariq. Dia pernah mendatangi Nabi saw dan menampakkan keislamannya, hal itu membuat Nabi takjub. Kemudian dia pergi dari hadapan nabi saw. Diperjalanan dia melihat tanaman milik orang Muslim dan beberapa ekor keledai. Lalu dia membakar kebun itu dan membunuh keledainya. Maka allah menurunkan ayat ini.
Ayat 207
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّشْرِيْ نَفْسَهُ ابْتِغَاۤءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ رَءُوْفٌۢ بِالْعِبَادِ
207. Di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari rida Allah. Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba(-Nya).
Asbabun Nuzul
Al-harit bin abi usamah dalam musnadnya dan ibnu abi hatim meriwayatkan dari said ibn al-Musayyab, dia berkata ," ketika suhaib hijrah ke madinah, dia diikuti beberapa orang quraisy. Kemudaian shuhaib turun dari tunggangannya dan mengambil anak panah dari tempatnya. Kemudian dia berkata,'wahai orang quraisy, kalian tahu bahwa aku paling pandai memanah, demi Allah kalian tidak akan sampai padaku hingga aku menggunakan seluruh anak panahku untuk membunuh kalian, kemudian aku akan menggunakan pedangku selama masih ada di tanganku. Setelah itu lakukan apa yang ingin lakukan terhadapku. Jika kalian mau, maka kau serahkan hartaku yang ada di mekah dan biarkan akau melanjutkan perjalanan. Maka orang quraisy itu setuju. Ketika sampai di madinah, Rasulullah berkata kepada shuhaib, 'beruntunglah jual belimu hai abu yahya, abu yahya telah beruntung dalam jual belinya' Maka allah turunkan ayat ini.
Al-hakim meriwayatkan dalam al-mustadrak riwayat yang sejenis dengan riwayat diatas dari ibnu al-musayyab dari shuhaib dengan sanad yang mausul. Alhakim juga meriwayatkan hadis yang serupa dengannya dari mursal ikrimah. Al-Hakim juga meriwayatkan dari hamad bin salmah dari tsabit dari anas. Di dalam riwayat ini terdapat penjelasan tentang turunnya ayat di atas. Dan al-Hakim berkata ' riwayat ini shahih sesuai syarat muslim.
Ibnu jarir meriwayatkan dari ikrimah, dia berkata, " ayat diatas turun pad shuhaib, abu dzar dan jundub ibnus-sakan, kerabat abu dzar.
Ayat 208
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
208. Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam (kedamaian) secara menyeluruh dan janganlah ikuti langkah-langkah setan! Sesungguhnya ia musuh yang nyata bagimu.
Asbabun Nuzul
Ibnu jarir meriwayatkan dari ikrimah, dia berkata, " abdulah bin salam, Tsa'labah, ibnu yamin, asad bin kaab, usaid bin ka'ab, saad bin amir dan qais bin zaid, mereka adalah orang Yahudi. Pada suatu ahri mereka berkata kepada Rasulullah,' ya Rasulallah, hari sabtu adalah hari yang kami agungkan. Maka biarkanlah kami melakukan ibadah pada hari itu.dan Taurat adalah kitab Allah, maka biarkanlah kami bangun malam dengannya' Maka turunlah ayat ini.
Ayat 214
اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِ ۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ
214. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan) sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.
Asbabun Nuzul
Abdurrazaq berkata, :"Muammar memberitahu kami dari qatadah, dia berkata,'ayat ini turun pada saat terjadinya perang Ahzab. Ketika Nabi saw diserang dan dikepung musuh-musuh Islam.
Ayat 215
يَسْـَٔلُوْنَكَ مَاذَا يُنْفِقُوْنَ ۗ قُلْ مَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْاَقْرَبِيْنَ وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَابْنِ السَّبِيْلِ ۗ وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ
215. Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang apa yang harus mereka infakkan. Katakanlah, “Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya diperuntukkan bagi kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan (dan membutuhkan pertolongan).” Kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.
Asbabun Nuzul
Ibnu jarir meriwayatkan dari ibnu juraij, dia berkata, "orang-orang mukmin bertanya kepada Rasulullah, kepada siapakah mereka harus sedekah, maka turunlah ayat ini.
Ibnul mundzir meriwayatkan dari abu hayyan bahwa amr bin jamuh bertanya kepada Nabi saw, " apa yang kami sedekahkan dari harta kami dan kepada siapa kami memberikannya? Maka turunlah ayat ini.
Ayat 217
يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيْهِۗ قُلْ قِتَالٌ فِيْهِ كَبِيْرٌ ۗ وَصَدٌّ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَكُفْرٌۢ بِهٖ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَاِخْرَاجُ اَهْلِهٖ مِنْهُ اَكْبَرُ عِنْدَ اللّٰهِ ۚ وَالْفِتْنَةُ اَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ ۗ وَلَا يَزَالُوْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ حَتّٰى يَرُدُّوْكُمْ عَنْ دِيْنِكُمْ اِنِ اسْتَطَاعُوْا ۗ وَمَنْ يَّرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِيْنِهٖ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَاُولٰۤىِٕكَ حَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ ۚ وَاُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ
217. Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang berperang pada bulan haram. Katakanlah, “Berperang dalam bulan itu adalah (dosa) besar. Namun, menghalangi (orang) dari jalan Allah, ingkar kepada-Nya, (menghalangi orang masuk) Masjidilharam, dan mengusir penduduk dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) dalam pandangan Allah. Fitnah (pemusyrikan dan penindasan) lebih kejam daripada pembunuhan.” Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai kamu murtad (keluar) dari agamamu jika mereka sanggup. Siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya lalu dia mati dalam kekafiran, sia-sialah amal mereka di dunia dan akhirat. Mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.
Asbabun Nuzul
Ibnu jarir, ibnu abi hatim, ath-Thabrani dalam al-Mu'jamul kabir dan al-Baihaqi dalam sunannya, meriwayatkan dari Jundub bin Abdillah bahwa Rasulullah mengutus beberapa orang yang dipimpin oleh Abdullah bin jahsy. Ketika dalam perjalanan mereka bertemu dengan ibnu al-Hadhrami. Lalu mereka membunuhnya dan mereka tidak tahu bahwa ketika itu adalah bulan Rajab atau bulan Jumadi Tsani. Maka orang musyrik berkata kepad orang muslim,'kalian membunuh pada bulan haram' Maka turunlah ayat ini. Sebagian mereka berkata,"jika mereka tidak mendapatkan dosa karena yang mereka lakukan itu, maka mereka tidak mendapatkan pahala". Maka Allah menurunkan ayat berikutnya. Ibnu mundih juga meriwayatkannya dalam kitab as-Shahabah dari Utsman bin Atha dari Ayahnya dari Ibnu Abbas.
Ayat 219
۞ يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِۗ قُلْ فِيْهِمَآ اِثْمٌ كَبِيْرٌ وَّمَنَافِعُ لِلنَّاسِۖ وَاِثْمُهُمَآ اَكْبَرُ مِنْ نَّفْعِهِمَاۗ وَيَسْـَٔلُوْنَكَ مَاذَا يُنْفِقُوْنَ ەۗ قُلِ الْعَفْوَۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمُ الْاٰيٰتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُوْنَۙ
219. Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang khamar64) dan judi. Katakanlah, “Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. (Akan tetapi,) dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya.” Mereka (juga) bertanya kepadamu (tentang) apa yang mereka infakkan. Katakanlah, “(Yang diinfakkan adalah) kelebihan (dari apa yang diperlukan).” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu berpikir
64) Khamar adalah segala sesuatu yang mengandung unsur yang memabukkan.
Asbabun Nuzul
Firman Allah Ta'ala, "mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi." Sebab turunnya ayat ini akan dijelaskan pada surah al-maidah. Firman Allah Ta'ala, "...dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan...".
Ibnu abi hatim meriwayatkan dari said atau ikrimah dari ibnu abbas bahwa ketika turun perintah untuk memberikan sedekah fi sabilillah, beberapa sahabat mendatangi Nabi saw, lalu mereka berkata, 'sungguh kami tidak tahu tentang sedekah yang engkau perintahkan kepada kami, apa yang kami sedekahkan darinya? Maka turunlah ayat ini.
Ibnu hatim juga meriwayatkan dari yahya bahwa dia mendengar muadz bin jabal dan Tsa'labah mendatangi Rasul saw dan berkata,'Ya Rasulullah, sesungguhnya kami mempunyai budak dan keluarga, maka apa yang kami sedekahkan dari harta kami? Maka Allah menurunkan ayat ini.
Ayat 220
فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ ۗ وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْيَتٰمٰىۗ قُلْ اِصْلَاحٌ لَّهُمْ خَيْرٌ ۗ وَاِنْ تُخَالِطُوْهُمْ فَاِخْوَانُكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ الْمُفْسِدَ مِنَ الْمُصْلِحِ ۗ وَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَاَعْنَتَكُمْ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
220. tentang dunia dan akhirat. Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang anak-anak yatim. Katakanlah, “Memperbaiki keadaan mereka adalah baik.” Jika kamu mempergauli mereka, mereka adalah saudara-saudaramu. Allah mengetahui orang yang berbuat kerusakan dan yang berbuat kebaikan. Seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Asbabun Nuzul
Abu dawud, an-Nasai, al-Hakim dan lainnya meriwayatkan dari ibnu abbas, dia berkata,' ketika turun ayat, 'dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat)...(al-isra:34)' dan ayat 'sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim...(an-Nisa:10). Orang yang merawat anak yatim memisahkan makanan dan minumannya dari makanan dan minuman anak yatim. Sehinga terkadang makanan anak yatim itu tersisa dan dibiarkan saja hingga dimakan lagi oleh dia atau sampai rusak. Maka hal itu membuat mereka susah. Lalu mereka menceritakan hal itu kepada Rasulullah. Maka Allah menurunkan ayat ini.
Ayat 221
وَلَا تَنْكِحُوا الْمُشْرِكٰتِ حَتّٰى يُؤْمِنَّ ۗ وَلَاَمَةٌ مُّؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِّنْ مُّشْرِكَةٍ وَّلَوْ اَعْجَبَتْكُمْ ۚ وَلَا تُنْكِحُوا الْمُشْرِكِيْنَ حَتّٰى يُؤْمِنُوْا ۗ وَلَعَبْدٌ مُّؤْمِنٌ خَيْرٌ مِّنْ مُّشْرِكٍ وَّلَوْ اَعْجَبَكُمْ ۗ اُولٰۤىِٕكَ يَدْعُوْنَ اِلَى النَّارِ ۖ وَاللّٰهُ يَدْعُوْٓا اِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِاِذْنِهٖۚ وَيُبَيِّنُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ ࣖ
221. Janganlah kamu menikahi perempuan musyrik hingga mereka beriman! Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik, meskipun dia menarik hatimu. Jangan pula kamu menikahkan laki-laki musyrik (dengan perempuan yang beriman) hingga mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. (Allah) menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran.
Asbabun Nuzul
Ibnul munzir, ibnu abi hatim dan al-wahidi meriwayatkan dari muqatil, dia berkata,' ayat ini turun pada ibnu abi Martsad al-ghanawi ketika dia meminta izin kepada Nabi saw untuk menikahi seorang wanita muda musyrik yang memiliki kekayaan dan kecantikan.
Al-wahidi meriwayatkan dari as-suddi dari abu malik dari ibnu abbas, dia berkata,"ayat ini turun pada Abdullah bin rahawah, ketika itu ia memiliki seorang budak wanita berkulit hitam. Suatu hari dia marah kepada budaknya dan menamparnya. Kemudian ia mendatangi Nabi saw dan memberitahu beliau perkara itu, lalu dia berkata,'sungguh saya akan memerdekakannya dan menikahinya' Lalu dia melakukan apa yang dikatakannya itu. Melihat apa yang dilakukannya, sebagian muslimin mencelanya, mereka berkata,' dia menikahi seorang budak wanita. Maka Allah menurunkan ayat ini.
Ayat 222
وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْمَحِيْضِ ۗ قُلْ هُوَ اَذًىۙ فَاعْتَزِلُوا النِّسَاۤءَ فِى الْمَحِيْضِۙ وَلَا تَقْرَبُوْهُنَّ حَتّٰى يَطْهُرْنَ ۚ فَاِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوْهُنَّ مِنْ حَيْثُ اَمَرَكُمُ اللّٰهُ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ
222. Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang haid. Katakanlah, “Itu adalah suatu kotoran.”65) Maka, jauhilah para istri (dari melakukan hubungan intim) pada waktu haid dan jangan kamu dekati mereka (untuk melakukan hubungan intim) hingga mereka suci (habis masa haid). Apabila mereka benar-benar suci (setelah mandi wajib), campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.
65) Haid adalah darah yang keluar bersama jaringan yang dipersiapkan untuk pembuahan di rahim perempuan. Keluarnya secara periodik, sesuai dengan periode pelepasan sel telur ke rahim. Kondisi seperti itu yang dianggap kotor dan menjadikan perempuan tidak suci secara syar‘i, termasuk tidak suci untuk digauli suaminya.
Asbabun Nuzul
Imam muslim dan at-Tirmidzi meriwayatkan dari anas bahwa orang-orang yahudi, ketika istri mereka haid, mereka tidak memberinya makan dan tidak menggaulinya di rumah. Pada sahabat menanyakan kepda Nabi saw tentang hal itu. Lalu turunlah ayat ini. Maka Rasul saw bersabda "lakukanlah apa saja terhadapnya kecuali jima' .."
Al-Barudi meriwayatkan dalam kitab ash-Shahaabah dari ibnu ishaq dari Muhammad bin abi Muhammad dari ikrimah atau said dari ibnu abbas bahwa Tsabit bin ad-dahdah bertanya kepada Nabi saw. Maka turunlah ayat ini.
Ibnu jarir juga meriwayatkan dari as-suddi hadis yang serupa.
Ayat 223
نِسَاۤؤُكُمْ حَرْثٌ لَّكُمْ ۖ فَأْتُوْا حَرْثَكُمْ اَنّٰى شِئْتُمْ ۖ وَقَدِّمُوْا لِاَنْفُسِكُمْ ۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّكُمْ مُّلٰقُوْهُ ۗ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِيْنَ
223. Istrimu adalah ladang bagimu.66) Maka, datangilah ladangmu itu (bercampurlah dengan benar dan wajar) kapan dan bagaimana yang kamu sukai. Utamakanlah (hal yang terbaik) untuk dirimu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu (kelak) akan menghadap kepada-Nya. Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang mukmin.
66) Istri diumpamakan sebagai ladang, tempat menanam benih. Maka, tanamlah benih itu sesuai waktu yang disukai.
Asbabun Nuzul
Imam bukhari, imam muslim, abu daud dan at-tirmidzi meriwayatkan dari jabir, dia berkata,"orang-orang yahudi berkata bahwa jika seseorang menggauli istrinya dari bekalang maka anaknya akan bermata juling". Maka turunlah ayat ini.
Imam ahmad dan at-tirmidzi meriwayatkan dari ibnu abbas, dai berkata, "suatu hari umar mendatangi Rasulullah sambil berkata, 'celaka saya ya Rasulullah "Rasul pun bertanya,'apa yang membuatmu celaka? Umar menjawab,' semalam saya menggauli istri saya dari belakang,' namun Rasulullah tidak menjawab. Lalu Allah menurunkan ayat ini. Rasulullah bersabda,'gaulilah istrimu dari arah depan atau dari belakang dan hindari menjima' istri pada duburnya dan ketika sedang haidh".
Abu daud dan hakim meriwayatkan dari ibnu abbas, "sesungguhnya ibnu umar-semoga Allah mengampuninya dan sahabat lainnya-. orang anshar, penduduk perkampungan ini, mereka penyembah berhala, berdampingan dengan perkampungan yahudi. Orang yahudi itu merasa mempunyai keutamaan ilmu melebihi orang anshar, dan orang anshar banyak meniru kebiasaan orang yahudi tersebut.
Diantara kebiasaan orang yahudi tersebut adalah menggauli istrinya dari arah samping, dengan itu wanita lebih tertutupi. Orang anshar pun banyak menirunya. Sedangkan orang quraisy menjima' istrinya dalam keadaan terlentang. Ketika muhajirin datang ke Madinah, salah seorang dari mereka menikahi wanita anshar, lalu dia menjimanya seperti cara orang quarisy. Sang istri pun menyalahkannya dan berkata,' kami hanya dijima' dari samping.' Lalu mereka mendiamkan masalah tersebut, namun Rasulullah mendengar hal itu. Maka turunlah ayat ini. Maknanya, gauli-lah istrimu dari arah depan, dari belakang ataupun dalam keadaan terlentang, selama pada kemaluannya.
Al-Hafizh ibnu hajar dalam syarah bukhari berkata sebab turunnya ayat yang disebutkan ibnu umar itu terkenal. Dan seakan-akan hadis dari abu said tidak sampai kepada ibnu abbas. Sedangkan yang sampai kepadanya adalah riwayat dari ibnu umar, maka dia pun meragukan ibnu umar tentang sebab turunya ayat ini.
Ayat 224
وَلَا تَجْعَلُوا اللّٰهَ عُرْضَةً لِّاَيْمَانِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْا وَتَتَّقُوْا وَتُصْلِحُوْا بَيْنَ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
224. Janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang dari berbuat baik, bertakwa, dan menciptakan kedamaian di antara manusia. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Asbabun Nuzul
Ibnu jarir meriwayatkan dari ibnu juraij, dia berkata," saya diberitahu ayat ini turun pada abu bakar, berkaitan dengan sumpahnya terhadap Misthah.
Ayat 228
وَالْمُطَلَّقٰتُ يَتَرَبَّصْنَ بِاَنْفُسِهِنَّ ثَلٰثَةَ قُرُوْۤءٍۗ وَلَا يَحِلُّ لَهُنَّ اَنْ يَّكْتُمْنَ مَا خَلَقَ اللّٰهُ فِيْٓ اَرْحَامِهِنَّ اِنْ كُنَّ يُؤْمِنَّ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ وَبُعُوْلَتُهُنَّ اَحَقُّ بِرَدِّهِنَّ فِيْ ذٰلِكَ اِنْ اَرَادُوْٓا اِصْلَاحًا ۗوَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِيْ عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوْفِۖ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ ۗ وَاللّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ ࣖ
228. Para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka (menunggu) tiga kali qurū’ (suci atau haid). Tidak boleh bagi mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahim mereka, jika mereka beriman kepada Allah dan hari Akhir. Suami-suami mereka lebih berhak untuk kembali kepada mereka dalam (masa) itu, jika mereka menghendaki perbaikan. Mereka (para perempuan) mempunyai hak seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang patut. Akan tetapi, para suami mempunyai kelebihan atas mereka. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Asbabun Nuzul
Abu daud dan ibnu abi hatim meriwayatkan dari asma binti yazid bin sakan al-anshariah, dia berkata," saya dicerai pad zaman Rasulullah dan ketika itu belum ditetapkan iddah untuk para wanita yang dicerai. Maka Allah menurunka ayat ini.
Ats-Tsa'labi, Hibbatullah bin salamah dalam kitab an-Naasikh meriwayatkan dari al-Kalbi dan Muqatil bahwa pada masa Rasulullah, Ismail bin Abdullah al-ghifari mencerai istrinya, qatilah, dan dia tidak tahu bahaw istrinya sedang hamil, maka diapun merujuknya kembali. Lalu istrinya melahirkan, namun keduanya meninggal. Maka turunlah ayat ini.
Ayat 229
اَلطَّلَاقُ مَرَّتٰنِ ۖ فَاِمْسَاكٌۢ بِمَعْرُوْفٍ اَوْ تَسْرِيْحٌۢ بِاِحْسَانٍ ۗ وَلَا يَحِلُّ لَكُمْ اَنْ تَأْخُذُوْا مِمَّآ اٰتَيْتُمُوْهُنَّ شَيْـًٔا اِلَّآ اَنْ يَّخَافَآ اَلَّا يُقِيْمَا حُدُوْدَ اللّٰهِ ۗ فَاِنْ خِفْتُمْ اَلَّا يُقِيْمَا حُدُوْدَ اللّٰهِ ۙ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا فِيْمَا افْتَدَتْ بِهٖ ۗ تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ فَلَا تَعْتَدُوْهَا ۚوَمَنْ يَّتَعَدَّ حُدُوْدَ اللّٰهِ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
229. Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (Setelah itu suami dapat) menahan (rujuk) dengan cara yang patut atau melepaskan (menceraikan) dengan baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu (mahar) yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali keduanya (suami dan istri) khawatir tidak mampu menjalankan batas-batas ketentuan Allah. Jika kamu (wali) khawatir bahwa keduanya tidak mampu menjalankan batas-batas (ketentuan) Allah, maka keduanya tidak berdosa atas bayaran yang (harus) diberikan (oleh istri) untuk menebus dirinya.68) Itulah batas-batas (ketentuan) Allah, janganlah kamu melanggarnya. Siapa yang melanggar batas-batas (ketentuan) Allah, mereka itulah orang-orang zalim.
68) Ayat ini menjadi dasar hukum khulu‘ dan penerimaan ‘iwaḍ. Khulu‘ yaitu hak istri untuk bercerai dari suaminya dengan membayar ‘iwaḍ (uang tebusan) melalui pengadilan.
Asbabun Nuzul
Firman-Nya :" Talaq( yang dapat dirujuk ) itu dua kali.....(2:229)". At-tirmidzi, al-hakim dan lainya meriwayatkan dari Aisyah, dia berkata," dulu laki-laki bebas mencerai istrinya dan menjadi suaminya kembali jika merujuknya, walaupun setelah mencerainya seratu kali. Hingga suatu ketika ada seorang laki-laki berkata kepada istrinya,' demi Allah, aku tidak akan menceraikanmu sehingga engkau berpisah denganku. Dan aku tidak akan menaungimu selamanya.' Dengan heran sang istri pun bertanya, 'bagaimana hal itu bisa terjadi?sang suami menjawab,' aku akan menceraimu dan setiap masa iddahmu akan habis, aku merujukmu kembali.' Maka sang istri mengadu kepada Rasulullah perihal suaminya. Beberapa saat rasulullah terdiam, hingga turunlah ayat ini. Firmannya : " dan tidak halal bagi kamu...(2:229)". Abu dawud dalam annasikh wal mansukh mereiwayatkan dari ibnu abbas. Dulu seorang suami memakan dari pemberian yang telah ia berikan pada istrinya dan yang lainya tanpa meresa dosa akan hal itu. Maka allah menurunkan ayat ini.
Ibnu jarir meriwayatkan dari ibnu jauraij, dia berkata," ayat ini turun pada Tsabit bin qais dan habibah istrinya. Habibah mengadukan suaminya kepada Rasulullah untuk kemudian minta diceraikan. Maka rasulullah berkata pada habibah,'apakah engkau mau mengembalikan kebun yang dia jadikan mahar untukmu?. Dia menjawab.' Ya, saya mau' Lalu Rasul memanggil Tsabit bin qais dan memberitahukannya tentang apa yang dilakukan istrinya. Maka Tsabit berkata,' apakah dia rela melakukannya? Rasulullah menajawab,'Ya, dia rela.' Istrinya pun berkata,' saya benar-benar telah melakukannya.' Maka turunlah ayat ini.
Ayat 230
فَاِنْ طَلَّقَهَا فَلَا تَحِلُّ لَهٗ مِنْۢ بَعْدُ حَتّٰى تَنْكِحَ زَوْجًا غَيْرَهٗ ۗ فَاِنْ طَلَّقَهَا فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَآ اَنْ يَّتَرَاجَعَآ اِنْ ظَنَّآ اَنْ يُّقِيْمَا حُدُوْدَ اللّٰهِ ۗ وَتِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ يُبَيِّنُهَا لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ
230. Jika dia menceraikannya kembali (setelah talak kedua), perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dia menikah dengan laki-laki yang lain. Jika (suami yang lain itu) sudah menceraikannya, tidak ada dosa bagi keduanya (suami pertama dan mantan istri) untuk menikah kembali jika keduanya menduga akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah ketentuan-ketentuan Allah yang diterangkan-Nya kepada orang-orang yang (mau) mengetahui.
Asbabun Nuzul
Ibnul munzir meriwayatkan dari muqatil bin hayyan, dia berkata," ayat ini turun untuk Aisyah binti Abdurrahman bin atik, ketika ia menjadi istri Rifa'ah bin wahab bin atik. Suatu ketika Rifa'ah mencerai Aisyah dengan talaq bain. Setelah itu aisyah menikah dengan Abdurrahman bin zubair al-qarzhi, lalu ia mencerainya lagi. Maka aisyah mendatangi Nabi saw dan berkata, "Ya Rasulullah, Abdurrahman menceraikan saya sebelum menggauli saya. Bolehkan saya kembali kepada suami pertama? Rasulullah menjawab, "Tidak, hingga ia menggaulimu. Maka turunlah firman Allah pad aisyah: "jika suami mentalaqnya, maka wanita itu tidak halal baginya kecuali setelah menikah dengan laki-laki lain". Dan dia menjima'nya. Jika dia menceraikannya setelah menjima'nya maka tidak berdosa bagi suami pertama untuk merujuknya kembali.
Ayat 231
وَاِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاۤءَ فَبَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَاَمْسِكُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ اَوْ سَرِّحُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍۗ وَلَا تُمْسِكُوْهُنَّ ضِرَارًا لِّتَعْتَدُوْا ۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهٗ ۗ وَلَا تَتَّخِذُوْٓا اٰيٰتِ اللّٰهِ هُزُوًا وَّاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَمَآ اَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِّنَ الْكِتٰبِ وَالْحِكْمَةِ يَعِظُكُمْ بِهٖ ۗوَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
231. Apabila kamu menceraikan istri(-mu), hingga (hampir) berakhir masa idahnya,69) tahanlah (rujuk) mereka dengan cara yang patut atau ceraikanlah mereka dengan cara yang patut (pula). Janganlah kamu menahan (rujuk) mereka untuk memberi kemudaratan sehingga kamu melampaui batas. Siapa yang melakukan demikian, dia sungguh telah menzalimi dirinya sendiri. Janganlah kamu jadikan ayat-ayat (hukum-hukum) Allah sebagai bahan ejekan. Ingatlah nikmat Allah kepadamu dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu, yaitu Kitab (Al-Qur’an) dan Hikmah (Sunah), untuk memberi pengajaran kepadamu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
69) Idah ialah masa menunggu (tidak boleh menikah) bagi perempuan karena perceraian atau kematian suaminya.
Asbabun Nuzul
Ibnu jarir meriwayatkan dari al-aufi dari ibnu abbas, dia berkata ,"dulu seorang suami mencerai istrinya kemudian merujuk kembali sebelum habis masa iddahnya, setelah itu menceraikannya lagi. Hal itu dilakukan untuk mempersulit istri dan menghalanginya menikah dengan yang lain. Maka turunlah ayat ini.
Ibnu jarir juga meriwayatkan dari as-suddi. Ayat ini turun pada seorang laki-laki anshar bernama Tsabit bin Yassar. Suatu ketika dia menceraikan istrinya, ketika 2-3 hari menjelang habis masa iddah, dia merujuknya kembali. Setelah itu menceraikan lagi istrinya. Hal ini membuat madharat pada istrinya. Maka allah menurunkan ayat ini.
Ibnu abi Umar dalam musnadnya dan ibnu mardawaih meriwayatkan dari abu darda', dia berkata,"ada seorang suami mencerai istrinya, lalu berkata, 'saya main-main saja' dan dia menceraikannya lagi, kemudian berkata lagi,' saya hanya mainmain saja. Maka Allah menurunkan ayat ini.
Ibnu munzir meriwayatkan hadits serupa dari uabadah bin shamit. Begitu juga ibnu mardawih dari ibnu abbas dan ibnu jarir dari mursal alhasan.
Ayat 232
وَاِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاۤءَ فَبَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَلَا تَعْضُلُوْهُنَّ اَنْ يَّنْكِحْنَ اَزْوَاجَهُنَّ اِذَا تَرَاضَوْا بَيْنَهُمْ بِالْمَعْرُوْفِ ۗ ذٰلِكَ يُوْعَظُ بِهٖ مَنْ كَانَ مِنْكُمْ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ ۗ ذٰلِكُمْ اَزْكٰى لَكُمْ وَاَطْهَرُ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ
232. Apabila kamu (sudah) menceraikan istri(-mu) lalu telah sampai (habis) masa idahnya, janganlah kamu menghalangi mereka untuk menikah dengan (calon) suaminya70) apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang patut. Itulah yang dinasihatkan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman kepada Allah dan hari Akhir. Hal itu lebih bersih bagi (jiwa)-mu dan lebih suci (bagi kehormatanmu). Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.
70) Maksudnya adalah menikah lagi, baik dengan bekas suaminya maupun laki-laki yang lain.
Asbabun Nuzul
Al-Bukhari, abu dawud, at-tirmidzi dan lainnya meriwayatkan dari Ma'qil bin yasar bahwa ma'qil mengawinkan saudarinya dengan seorang muslim. Kemudian sang suami menceraikan adik wanitanya dan tidak merujuknya kembali hingga habis masa iddahnya. Namun dia ingin kembali menikahinya begitu juga sebaliknya. Maka dia pun melamarnya. Ma'qil berkata dengan marah,"wahai bodoh, dulu aku telah memuliakanmu dan menikahkanmu dengan adikku, namum kemudian engkau menceraikannya. Demi allah, dia tak akan kembali lagi padamu". Allah maha tahu keperluan suami itu begitu juga sebaliknya. Maka Allah menurunkan ayat ini. Ketika m a'qil mendengar ayat ini, ia pun berkata, "aku mendengar dan taat kepada tuhanku". Kemudian dia memanggil lelaki itu dan berkata," kini aku menikahkanmu dengan adikku dan memuliakanmu".
Ibnu mardawaih meriwayatkan dari as-suddi, dia berkata," ayat ini turun pada jabir bin abdululllah al-anshari. Ada seorng anak pamannya yang tinggal bersamanya. Setelah menikah, suaminya mencerainya sampai habis masa iddah, kemudian suami itu ingin kembali menikahinya. Namun jabir menolaknya dan mengatakan,' engkau telah menceraikan anak paman kami dan kini engkau ingin menikah lagi? Sedangkan keponakannya telah memaafkannya dan ingin kembali kepadanya. Maka turunlah ayat ini.
Ayat 238
حَافِظُوْا عَلَى الصَّلَوٰتِ وَالصَّلٰوةِ الْوُسْطٰى وَقُوْمُوْا لِلّٰهِ قٰنِتِيْنَ
238. Peliharalah semua salat (fardu) dan salat Wusṭā.75) Berdirilah karena Allah (dalam salat) dengan khusyuk.
75) Menurut pendapat yang masyhur, salat Wusṭā adalah salat Asar.
Asbabun Nuzul
Diriwayatkan oleh ahmad, bukhari dalam tarikhnya, abu dawud, albaihaqi dan ibnu jarir dari zaid bin tsabit bahwa nabi saw melakukan shalat zuhur ketika siang hari, ketika itu shalat zuhur adalah shalat yang paling berat bagi para sahabat. Maka turunlah ayat ini.
Ahmad, annasai dan ibnu jarir meriwayatkan dari zaid bin tsabit bahwa Nabi saw shalat zuhur pada siang hari, ketika itu makmum dibelakang beliau hanya satu atau dua shaf saja. Karena pada saat-saat itu orang tidur siang atau berniaga. Maka allah menurunkan ayat ini.
Imam yang enam (Bukhari, muslim, abu daud, tirmidzi, nasai, ibnu majah) dan lainnya meriwayatkan dari zaid bin aslam, dia berkata,"pada zaman Rasulullah, ketika sedang shalat kami boleh berbicara sengan sahabat yang lain yang juga sedang shalat. Hingga turunlah ayat ini. Maka kami diperintahkan untuk khusyu dan kami dilarang berbicara ketika shalat.
Ibnu jarir meriwayatkan dari mujahid, dia berkata,"dulu orang-orang berbincang ketika shalat. Mereka juga menyuruh saudaranya untuk suatu keperluan. Maka Allah menurunkan ayat ini.
Ayat 240
وَالَّذِيْنَ يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَيَذَرُوْنَ اَزْوَاجًاۖ وَّصِيَّةً لِّاَزْوَاجِهِمْ مَّتَاعًا اِلَى الْحَوْلِ غَيْرَ اِخْرَاجٍ ۚ فَاِنْ خَرَجْنَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيْ مَا فَعَلْنَ فِيْٓ اَنْفُسِهِنَّ مِنْ مَّعْرُوْفٍۗ وَاللّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
240. Orang-orang yang akan mati di antara kamu dan meninggalkan istri-istri hendaklah membuat wasiat untuk istri-istrinya, (yaitu) nafkah sampai setahun tanpa mengeluarkannya (dari rumah). Akan tetapi, jika mereka keluar (sendiri), tidak ada dosa bagimu mengenai hal-hal yang patut yang mereka lakukan terhadap diri mereka sendiri. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Asbabun Nuzul
Ishaq bin Rahawaih dalam tafsirnya meriwayatkan dari muqatil bin hayyan bahwa seorang laki-laki dari thaif datang ke madinah dengan anak-anaknya, juga membawa orang tua dan istrinya. Lalu dia wafat di madinah. Hal tersebut disampaikan kepad Nabi saw. Maka beliau memberikan bagian warisan kepad kedua orangtuanya dan memberikan anak-anaknya dengan bagian yang baik, namun beliau tidak memberi apa-apa kepada istrinya. Hanya saja merka diperintahkan untuk memberi nafkah kepadanya dari warisan selama satu tahun. Pada peristiwa inilah turun ayat ini.
Ayat 241
وَلِلْمُطَلَّقٰتِ مَتَاعٌ ۢبِالْمَعْرُوْفِۗ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِيْنَ
241. Bagi istri-istri yang diceraikan terdapat hak mut‘ah dengan cara yang patut. Demikian ini adalah ketentuan bagi orang-orang yang bertakwa.
Asbabun Nuzul
Ibnu jarir meriwayatkan dari ibnu zaid, dia berkata,"ketika turun firman Allah...(2:236). Seseorang berkata,'jika saya mau berbuat baik, saya akan melakukannya. Namun jika saya tidak mau, maka saya pun tidak akan melakukannya. Maka turunlah ayat ini.
Ayat 245
مَنْ ذَا الَّذِيْ يُقْرِضُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضٰعِفَهٗ لَهٗٓ اَضْعَافًا كَثِيْرَةً ۗوَاللّٰهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُۣطُۖ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
245. Siapakah yang mau memberi pinjaman yang baik kepada Allah?76) Dia akan melipatgandakan (pembayaran atas pinjaman itu) baginya berkali-kali lipat. Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki). Kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
76) Maksud memberi pinjaman kepada Allah Swt. adalah menginfakkan harta di jalan-Nya.
Asbabun Nuzul
Ibnu hibban dalam shahihnya dan ibnu mardawaih meriwayatkan dari ibnu umar, dia berkata, ketika turun ayat 261. Rasulullah berdoa,"ya Allah, berilah tambahn untuk ummatku' . maka turunlah ayat ini
Ayat 256
لَآ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗوَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
256. Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam). Sungguh, telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat. Siapa yang ingkar kepada tagut79) dan beriman kepada Allah sungguh telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
79) Kata tagut disebutkan untuk setiap yang melampaui batas dalam keburukan. Oleh karena itu, setan, dajal, penyihir, penetap hukum yang bertentangan dengan hukum Allah Swt., dan penguasa yang tirani dinamakan tagut.
Asbabun Nuzul
Abu dawud dan ibnu hibban meriwayatkan dari ibnu abbas, dia berkata,"dulu ada seorang wanita yng setiap kali melahirkan anaknya selalu mati. Lalu dia bernazar jika anaknya hidup dia akan menjadikannya yahudi. Ketika bani Nadhir diusir dari madinah, diantar mereka terdapat anak-anak anshar, mereka pun berkata,'kita tidak bisa membiarkan anak-anak kita.' Maka turunlah ayat ini.
Ibnu jarir meriwayatkan dari said atau ikrimah dari ibnu abbas, dia berkata,firman-Nya...tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam... turun pada seorang laki-laki dari bani salim bin auf bernama al-hushain. Dia mempunyai dua anak yang Nasrani, sedangkan dia sendiri muslim. Maka dia pun mengadu kepad Rasulullah, "apakah perlu saya paksa mereka berdua untuk masuk islam?' maka Allah menurunkan ayat ini.
Ayat 257
اَللّٰهُ وَلِيُّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِۗ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَوْلِيَاۤؤُهُمُ الطَّاغُوْتُ يُخْرِجُوْنَهُمْ مِّنَ النُّوْرِ اِلَى الظُّلُمٰتِۗ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ ࣖ
257. Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari aneka kegelapan menuju cahaya (iman). Sedangkan orang-orang yang kufur, pelindung-pelindung mereka adalah tagut. Mereka (tagut) mengeluarkan mereka (orang-orang kafir itu) dari cahaya menuju aneka kegelapan. Mereka itulah para penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.
Asbabun Nuzul
Ibnu jarir meriwayatkan dari abduh bin abi lubabah tentang firma Allah... Allah pelindung orang beriman..' dia berkata,"mereka adalah yang beriman kepada Isa. Ketika Muhammad saw datang, mereka pun beriman kepada kerasulan beliau. Ayat ini turun pada mereka. Dalam riwayat lain dari Mujahid , dia berkata,"dulu ada orang yang beriman kepada Isa dan ada yang kafir terhadapnya. Ketika Rasulullah diutus, orang yang tidak beriman kepada Isa beriman kepada beliau, sedangkan yang beriman kepada Isa tidak beriman kepada beliau. Maka allah menurunkan ayat ini.
Ayat 267
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْفِقُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّآ اَخْرَجْنَا لَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ ۗ وَلَا تَيَمَّمُوا الْخَبِيْثَ مِنْهُ تُنْفِقُوْنَ وَلَسْتُمْ بِاٰخِذِيْهِ اِلَّآ اَنْ تُغْمِضُوْا فِيْهِ ۗ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ
267. Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu infakkan, padahal kamu tidak mau mengambilnya, kecuali dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Ketahuilah bahwa Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.
Asbabun Nuzul
alHakim, tirmidzi, ibnu majah dan lainnya meriwayatkan dari al-Barra', dia berkata,"ayat ini turun pada kami, orang Anshar. Kami adalah pemilik kebun kurma. Dulu seseorang menyedekahkan sebagian hasil kebunnya sesuai dengan jumlah yang dimiliki. Dan ahlus shuffah tidak mengharapkan yang baik-baik. Maka ada yang memberikan tandan kurma yang terdiri dari kurma jelek yang tidak keras bijinya dan kurma basah yang sudah rusak serta tandan yang telah patah. Maka Allah menurunkan ayat ini.
Abu daud, an-Nasai dan al-hakim meriwayatkan dari sahl bin hanif, dia berkata,"dulu orang-orang memilih kurma yang jelek dari kebunnya untuk disedekahkan. Maka Allah menurunkan ayat ini Alhakim meriwayatkan dari jabir. Nabi saw diperintahkan untuk membayar zakat fitrah dengan satu sha' kurma. Lalu seseorang datang dengan membawa kurma yang jelek. Maka turunlah ayat ini.
Ibnu abi hatim meriwayatkan dari ibnu Abbas. Dulu para sahabat membeli bahan makanan yang murah, lalu mereka menyedekahkannya. Maka turunlah ayat ini.
Ayat 272
۞ لَيْسَ عَلَيْكَ هُدٰىهُمْ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ خَيْرٍ فَلِاَنْفُسِكُمْ ۗوَمَا تُنْفِقُوْنَ اِلَّا ابْتِغَاۤءَ وَجْهِ اللّٰهِ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ خَيْرٍ يُّوَفَّ اِلَيْكُمْ وَاَنْتُمْ لَا تُظْلَمُوْنَ
272. Bukanlah kewajibanmu (Nabi Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allahlah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk). Kebaikan apa pun yang kamu infakkan, (manfaatnya) untuk dirimu (sendiri). Kamu (orang-orang mukmin) tidak berinfak, kecuali karena mencari rida Allah. Kebaikan apa pun yang kamu infakkan, niscaya kamu akan diberi (pahala) secara penuh dan kamu tidak akan dizalimi.
Asbabun Nuzul
An-Nasai,al-hakim,al-Bazzar, at-Thabrani dan lainya meriwayatkan dari ibnu abbas. Dulu orang-orang tidak rela dinasab mereka terdapat orang musyrik. Mereka bertanya kepada Rasulullah tentang hal itu. Maka Rasul saw memberi kemudahan tentang hal itu. lalu turunlah ayat ini.
Ayat 274
اَلَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ بِالَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً فَلَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ
274. Orang-orang yang menginfakkan hartanya pada malam dan siang hari, baik secara rahasia maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan tidak (pula) mereka bersedih.
Asbabun Nuzul
At-Thabrani dan ibni abi hatim meriwayatkan dari yazid bin abdillah bin arib dari ayahnya dari kakeknya dari Nabi saw, beliau besabda, "ayat..orang-orang yang menafkahkan hartanya..(2:274) turun kepada para pemilik kuda". Yazid dan ayahnya adalah Majhul.
Abdurrazaq, ibnu jarir, ibnu abi hatim dan at-Tabrani meriwayatkan dengan sanad yang lemah dari ibnu abbas. Ayat ini turun pada ali bin abi tahlib. Ia mempunyai emapt dirham. Lalu dia menginfakkan satu dirham di malam hari, satu dirham di siang hari, satu dirham secara diam-diam dan satu dirham secara terang-terangan.
Ibnul munzir meriwayatkan dari ibnul musayyab. Ayat ini turun pada Abdurrahman bin auf dan usman bin affan yang menyedekahkan harta mereka pada perang tabuk.
Ayat 278
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَذَرُوْا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبٰوٓا اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
278. Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang mukmin.
Asbabun Nuzul
Abu ya'la dalam musnadnya dan ibnu mandah meriwayatkan dari al-kalbi dari abu shaleh dari ibnu abbas, dia berkata,"sampai kepada kami, ayat ini turun pada bani amr bin auf yang berasal dari tsaqif dan bani al-mughirah. Ketika itu bani mughirah mempunyai hutang dari hasil riba kepada orang-orang tsaqif. Ketika allah menaklukkan Mekah untuk Rasul-Nya maka allah membatalkan semua bentuk riba. Kemudian keduanya berselisih dalam masalah pembayaran utang karena hasil riba mereka. Lalu mereka mendatangi attab bin usaid yang ketika itu menjadi Gubernur mekah. Orang Banil mughirah berkata,"kami menjadi orang yang paling sengsara karena riba. Sedangkan Rasulullah telah membatalkan riba dari selain kami". Bani Amr pun menyahut.' Kami telah berdamai dengannya (Muhammad) dan telah sepakat bahwa riba kami dan orang selain muslim adalah hak kami. Lalu attab mengabarkan hal itu kepada Rasulullah. Lalu turunlah ayat ini dan ayat setelahnya. Ibnu jarir meriuwayatkan dari ikrimah. Ayat ini turun pada orang-orang tsaqif. Diantara mereka terdapat mas'ud, Habib, rabi'ah dan abdul yala'il, mereka adalah bani Amr dan bani Umair.
Ayat 284-286
لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ ۗ وَاِنْ تُبْدُوْا مَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اَوْ تُخْفُوْهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللّٰهُ ۗ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖ ۗ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ ࣖ
284. Milik Allahlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Jika kamu menyatakan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah memperhitungkannya bagimu. Dia mengampuni siapa saja yang Dia kehendaki dan mengazab siapa pun yang Dia kehendaki. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
285. Rasul (Muhammad) beriman pada apa (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang mukmin. Masing-masing beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata,) “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Mereka juga berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, wahai Tuhan kami. Hanya kepada-Mu tempat (kami) kembali.”
286. Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya. Baginya ada sesuatu (pahala) dari (kebajikan) yang diusahakannya dan terhadapnya ada (pula) sesuatu (siksa) atas (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa,) “Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami salah. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami. Maka, tolonglah kami dalam menghadapi kaum kafir.”
Asbabun Nuzul
Ahmad, muslim dan lainya meriwayatkan dari abu hurairah. Ketika turun ayat ... jika kamu nyatakan apa yang ada dalam hatimu...(2:284). Para sahabat pun merasa sedih. Lalu mereka mendatangi rasulullah dan berlutut dihadapan beliau, lalu berkata, 'telah turun kepadamu ayat ini, sedangkan kami tidak mampu menanggungnya. Maka Rasul saw bersabda, 'apakah kalian ingin mengatakan seperti perkataan dua ahli kitab sebelum kalian, kami mendengar dan kami melanggarnya? Bahkan katakanlah, kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami ya tuhan kami, kepadamulah tempat kembali (2:285). " ketika mereka mengucapkan kata-kata tersebut dengan mudah, Allah menurunkan ayat berikutnya (2:286). Muslim dan lainnya meriwayatkan dari ibnu abbas dengan riwayat yang sama.