Ayat 16
۞ اَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللّٰهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّۙ وَلَا يَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْاَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْۗ وَكَثِيْرٌ مِّنْهُمْ فٰسِقُوْنَ ١٦
Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka), dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik.
Asbabun Nuzul
Ibnu Abi Syaibah dalam kitab Al-Mushannaf meriwayatkan dari Abdul Aziz bin Abi Rawad bahwa suatu ketika para sahabat Nabi Saw terlihat agak hanyut dalam senda gurau dan hal-hal yang menimbulkan tawa. Setelah itu, turunlah ayat ini.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Muqatil bin Hayyan yang berkata, “Suatu ketika para sahabat Nabi Saw. Terlihat sedikit hanyut dalam gurauan dan tertawaan. Allah lalu menurunkan ayat, ‘Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah.’ ‘ “
Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkan dari Suddi dari Al-Qasim yang berkata, “Suatu ketika, para sahabat terlihat sedikit jenuh dan bosan. Mereka lantas berkata, ‘Wahai Rasulullah, sampaikanlah sesuatu kepada kami.’ Allah lalu menurunkan ayat, ‘Kami menceriatakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik…” (Yusuf: 3) Beberapa saat kemudian, mereka kembali terlihat dalam kondisi jenuh. Mereka lantas berkata lagi, ‘Wahai Rasulullah, sampaikanlah sesuatu kepada kami.’ Allah lalu menurunkan ayat, ‘Kami menceriatakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik…” (Yusuf: 3)
Ibnu Mubarak meriwayatkan dalam kitab Az-Zuhd, “Sufyan menceritakan kepada kami dari Al-A’masy yang berkata, “Setelah para sahabat tinggal beberapa lama di Madinah dan mereka mulai mendapatkan penghidupan yang mulai sejahtera setelah sebelumnya hidup miskin dan susah, mereka pun mulai kendur semangatnya dalam melaksanakan beberapa amalan yang sebelumnya secara rutin mereka laksanakan. Setelah itu, turunlah ayat, ‘Kami menceriatakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik…” (Yusuf: 3)
Ayat 28
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَاٰمِنُوْا بِرَسُوْلِهٖ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَّحْمَتِهٖ وَيَجْعَلْ لَّكُمْ نُوْرًا تَمْشُوْنَ بِهٖ وَيَغْفِرْ لَكُمْۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌۙ ٢٨
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya (Muhammad), niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan cahaya untukmu yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan serta Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang,
Asbabun Nuzul
Imam Ath-Thabrani meriwayatkan dalam kitab Al-Ausath dengan sanad yang dalam rangkaian perawinya ada seseorang yang tidak dikenal dari Ibnu Abbas bahwa suatu ketika 40 orang dari sahabat Najasyi datang kepada Rasulullah. Mereka lantas ikut dalam Perang Uhud. Diantara mereka ada yang ikut terluka, tetapi tidak seorang pun yang terbunuh. Ketika mereka melihat bahwa umat Islam membutuhkan bantuan secara financial, mereka lalu berkata, “Wahai Rasulullah, kami adalah orang-orang yang berkecukupan. Oleh karena itu, izinkan kami mendatangkan sebagian harta kami kemari untuk membantu kaum muslimin.” Sebagai respon terhadap sikap mereka itu, Allah menurunkan ayat, ‘Orang-orang yang telah kami berikan kepada mereka Al-Kitab sebelum Al-Qur’an, mereka beriman (pula) kepada Al-Qur’an.” (Al-Qashash: 52) Ketika ayat diatas telah turun, para sahabat Najasyi itu lalu berkata, “Wahai kaum muslimin, jika diantara kami ada yang juga beriman kepada kitab kalian maka ia mendapat pahala dua kali lipat, sementara yang tidak beriman dengan kitab kalian mendapat satu pahala, seperti halnya kalian.” Sebagai responsnya, Allah menurunkan ayat, ‘Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya (Muhammad), niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian,…” (Al-Hadid: 28)
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Muqatil yang berkata, “Ketika turun ayat 54 surat Al-Qashash, ‘Mereka itu diberi pahala dua kali (karena beriman kepada Taurat dan Al-Qur’an) disebabkan kesabaran mereka,…” orang-orang beriman dari Ahlul Kitab membanggakan diri di hadapan para sahabat Rasulullah. Mereka bertanya, “Bagi kami pahala dua kali lipat sementara bagi kalian hanya satu.’ Hal itu membuat para sahabat bersedih. Allah lalu menurunkan ayat, ‘Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya (Muhammad), niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian,…” (Al-Hadid: 28). Dengan demikian, Allah pun menjadikan bagi mereka pahala dua kali lipat seperti halnya orang-orang beriman dari Ahli Kitab.”
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Qatadah yang berkata, “Tatkala turun ayat 28, ‘… niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian…,” orang-orang dari golongan Ahli Kitab merasa iri dengan keutamaan yang didapatkan kaum muslimin tersebut. Allah lantas menurunkan ayat-ayat, ‘Agar Ahli Kitab mengetahui…”
Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Qatadah dari Mujahid yang berkata, “Orang-orang Yahudi berkata, ‘Telah dekat masanya akan keluar seorang nabi dari golongan kami yang akan memotong tangan dan kaki (orang-orang yang memusuhi kami).” Tatkala nabi tersebut ternyata berasal dari bangsa Arab maka mereka langsung ingkar kepadanya, Allah lalu menurunkan ayat, ‘Agar Ahli Kitab mengetahui…’ ” terhadap keutamaan kenabian.