Ayat 1-2
اَلَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَصَدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَضَلَّ اَعْمَالَهُمْ ١ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَاٰمَنُوْا بِمَا نُزِّلَ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَّهُوَ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۚ كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّاٰتِهِمْ وَاَصْلَحَ بَالَهُمْ ٢
1. Orang-orang yang kufur dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, Dia akan menggugurkan amal-amal mereka. 2. Orang-orang yang beriman, beramal saleh, dan beriman pada apa yang diturunkan kepada (Nabi) Muhammad bahwa ia merupakan kebenaran dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaannya.
Asbabun Nuzul
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, “Adapun yang dimaksud dalam ayat, “Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Allah menyesatkan perbuatan-perbuatan mereka,” adalah penduduk Quraisy Mekkah, sementara yang dimaksud dalam ayat 2, “Dan orang-orang mukmin dan beramal saleh serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad…” adalah orang-orang Anshar.”
Ayat 4
فَاِذَا لَقِيْتُمُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَضَرْبَ الرِّقَابِۗ حَتّٰٓى اِذَآ اَثْخَنْتُمُوْهُمْ فَشُدُّوا الْوَثَاقَۖ فَاِمَّا مَنًّاۢ بَعْدُ وَاِمَّا فِدَاۤءً حَتّٰى تَضَعَ الْحَرْبُ اَوْزَارَهَا ەۛ ذٰلِكَ ۛ وَلَوْ يَشَاۤءُ اللّٰهُ لَانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلٰكِنْ لِّيَبْلُوَا۟ بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍۗ وَالَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَلَنْ يُّضِلَّ اَعْمَالَهُمْ ٤
Maka, apabila kamu bertemu (di medan perang) dengan orang-orang yang kufur, tebaslah batang leher mereka. Selanjutnya, apabila kamu telah mengalahkan mereka, tawanlah mereka. Setelah itu, kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan. (Hal itu berlaku) sampai perang selesai. Demikianlah (hukum Allah tentang mereka). Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia menolong (kamu) dari mereka (tanpa perang). Akan tetapi, Dia hendak menguji sebagian kamu dengan sebagian yang lain. Orang-orang yang gugur di jalan Allah, Dia tidak menyia-nyiakan amal-amalnya.
Asbabun Nuzul
Tentang 1 tadi, “Adapun yang dimaksud dalam ayat, “Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, …” dari Qatadaah diriwayatkan, “Menurut infomasi yang sampai pada kami, ayat ini turun pada saat terjadinya Perang Uhud. Pada saat itu, Rasulullah tengah berada di lereng bukit, setelah banyak diantara pasukan kaum muslimin yang terluka dan terbunuh. Ketika itu orang-orang musyrik meneriakkan, “Terpujilah Hubal!” sementara umat Islam membalasnya dengan teriakan, “Allah lebih terpuji dan agung”. Orang-orang musyrik lalu berkata, “Sesungguhnyaa kami memiliki al-Uzza sementara kalian tidak”. Rasulullah lantas berkata kepada para sahabatnya, “Katakanlah, Allah adalah pelindung kami sementara kalian tidak memiliki pelindung. Sesungguhnya orang-orang yang saat ini meninggal tidak sama statusnya. Mereka yang terbunuh dari pihak kami tetap hidup (disis Allah) dan mendapat limpahan rezeki, sementara orang-orang kalian yang terbunuh akan diazab di neraka.”
Ayat 13
وَكَاَيِّنْ مِّنْ قَرْيَةٍ هِيَ اَشَدُّ قُوَّةً مِّنْ قَرْيَتِكَ الَّتِيْٓ اَخْرَجَتْكَۚ اَهْلَكْنٰهُمْ فَلَا نَاصِرَ لَهُمْ ١٣
Betapa banyak negeri yang (penduduknya) lebih kuat daripada (penduduk) negerimu (Nabi Muhammad) yang telah mengusirmu itu. Kami telah membinasakan mereka. Tidak ada seorang pun yang menjadi penolong mereka.
Asbabun Nuzul
Abu Ya’la meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang berkata, “Tatkala Rasulullah berada di dekat gua (Tsur), setelah keluar dari Mekkah, beliau lantas menatap kearah Mekkah seraya berkata, “Engkau adalah negeri yang paling saya cintai. Sekiranya pendudukmu tidak mengusir saya, niscaya saya tidak akan keluar”. Lantas Allah menurunkan ayat ini.
Ayat 16
وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّسْتَمِعُ اِلَيْكَۚ حَتّٰىٓ اِذَا خَرَجُوْا مِنْ عِنْدِكَ قَالُوْا لِلَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ مَاذَا قَالَ اٰنِفًا ۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ طَبَعَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَاتَّبَعُوْٓا اَهْوَاۤءَهُمْ ١٦
Di antara mereka (orang-orang kafir) ada orang (munafik) yang mendengarkan perkataanmu (Nabi Muhammad) sehingga apabila telah keluar dari sisimu, mereka berkata (untuk mengejek) kepada orang yang telah diberi ilmu (para sahabat Nabi), “Apa yang ia katakan tadi?” Mereka itu adalah orang-orang yang dikunci hatinya oleh Allah dan mengikuti hawa nafsunya.
Asbabun Nuzul
Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Ibnu Juraij yang berkata, “Orang-orang mukmin dan munafik sama-sama berkumpul di majelis Rasulullah. Adapun orang-orang beriman maka mereka dengan serius mendengarkan dan menghayati apa-apa yang disampaikan Rasulullah. Hal ini berbeda dengan orang-orang munafik yang hanya sekedar mendengarkan, namun tidak menghayatinya. Itulah sebabnya, ketika telah berada di luar, mereka lantas bertanya kepada orang-orang mukmin, ‘Apa yang tadi hai (Rasulullah) katakana?’ terhadap sikap mereka tersebut, turunlah ayat ini.”
Ayat 33
۞ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَلَا تُبْطِلُوْٓا اَعْمَالَكُمْ ٣٣
Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul serta jangan batalkan amal-amalmu!
Asbabun Nuzul
Ibnu Abi Hatim dan Muhammad bin Nashr al-Marwazi dalam kitab ash-shalat meriwayatkan dari Abu Al-Aliyah yang berkata, “Pada awalnya, para sahabat Rasulullah berpendapat bahwa dosa tidak berdampak (pada keimanannya) selama seseoramh telah mengucapkan syahadat, “Tiada Tuhan selain Allah” sebagaimana sebuah amal saleh tidak diterima jika pelakunya mempersekutukan Allah. setelah itu, turunlah ayat, “Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan janganlah kamu merusakkan segala amalmu.” Barulah kemudian mereka merasa cemas bahwa dosa akan dapat menghapus kebaikan yang dilakukan.”