Ayat 15-17
لَقَدْ كَانَ لِسَبَاٍ فِيْ مَسْكَنِهِمْ اٰيَةٌ ۚجَنَّتٰنِ عَنْ يَّمِيْنٍ وَّشِمَالٍ ەۗ كُلُوْا مِنْ رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوْا لَهٗ ۗبَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَّرَبٌّ غَفُوْرٌ ١٥ فَاَعْرَضُوْا فَاَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنٰهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ اُكُلٍ خَمْطٍ وَّاَثْلٍ وَّشَيْءٍ مِّنْ سِدْرٍ قَلِيْلٍ ١٦ ذٰلِكَ جَزَيْنٰهُمْ بِمَا كَفَرُوْاۗ وَهَلْ نُجٰزِيْٓ اِلَّا الْكَفُوْرَ ١٧
15. Sungguh, pada kaum Saba’ benar-benar ada suatu tanda (kebesaran dan kekuasaan Allah) di tempat kediaman mereka, yaitu dua bidang kebun di sebelah kanan dan kiri. (Kami berpesan kepada mereka,) “Makanlah rezeki (yang dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman), sedangkan (Tuhanmu) Tuhan Yang Maha Pengampun.”
16. Akan tetapi, mereka berpaling sehingga Kami datangkan kepada mereka banjir besar624]) dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) berbuah pahit, pohon asal (sejenis cemara) dan sedikit pohon sidir (bidara).
624) Banjir besar akibat jebolnya bendungan Ma‘rib.
17. Demikianlah, Kami balas mereka karena kekafirannya. Kami tidak menjatuhkan azab, kecuali hanya kepada orang-orang yang sangat kufur.
Asbabun Nuzul
Diriwayatkan oleh Ihnu Abi Hatim yang bersumber dari ‘Ali bin Rabah, bahwa Farwah bin Masik Al-Ghathafani menghadap kepada Rasululah Saw. Dan berkata: “Ya Nabiyullah! Di Zaman jahiliyah kaum Saba’ merupakan kaum yang gagah dan kuat dan aku takut sekiranya mereka menolak masuk Islam. Apakah aku boleh memeranginya”. Rasulullah Saw. Bersabda: “Akku tidak diperintah apa-apa yang berkenaan dengan mereka”. Maka turunlah ayat ini (suart saba: 15-17) yang melukiskan keadaan kaum Saba’ yang sesungguhnya.
Ayat 34
وَمَآ اَرْسَلْنَا فِيْ قَرْيَةٍ مِّنْ نَّذِيْرٍ اِلَّا قَالَ مُتْرَفُوْهَآ ۙاِنَّا بِمَآ اُرْسِلْتُمْ بِهٖ كٰفِرُوْنَ ٣٤
34. Tidaklah Kami utus pemberi peringatan ke suatu negeri, kecuali orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) berkata, “Sesungguhnya kami ingkar pada kerasulanmu.”
Asbabun Nuzul
Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir dan Ibnu Abi Hatim dari Sufyan dari ‘Ashim yang bersumber dari Ibnu Razin, salah seorang dari dua orang yang berserikat didalam dagangnya pergi ke Syam dan seorang lagi menetap di Mekkah. Ketika ia mendengar berita diutusnya seorang Nabi, ia menulis surat kepada temannya menanyakan berita itu. Ia menerima jawaban bahwa tak seorangpun dari golongan Quraisy yang mengikutinya, kecuali orang-orang hina dan miskin. Setelah menerima surat jawaban itu, ia meninggalkan dagangannya dan meminta kepada temannya untuk mengantarkan kepada Nabi, karena ia pernah membaca beberapa kitab tentang kenabian. Menghadaplah ia kepada Nabi Saw. Sambil berkata: “Kepada apakah engkau mengajak kami?”. Rasulullah Saw. Menjelaskannya. Berkatalah orang itu: “Asyhadu annaka Rasulullah (Aku percaya bahwa engkau adalah Rasulullah)”. Rasulullah bertanya: “Dengan pengetahuan apa engkau berbuat demikian?”. Ia menjawab: “Tidak akan diutus seorang Nabi kecuali pengikutnya adalah orang-orang hina dan orang-orang yang miskin”. Dengan turunnya ayat ini Rasulullah Saw. Mengutus seseorang untuk menyampaikan berita tersebut kepada orang itu, bahawa ucapannya dibenarkan oleh wahyu Allah.