Ayat 2
غُلِبَتِ الرُّوْمُۙ ٢
2. Bangsa Romawi telah dikalahkan,579)
579) Maksudnya adalah bangsa Romawi Timur yang berpusat di Konstantinopel.
Asbabun Nuzul
At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Sa’id bahwa pada waktu Perang Badar, bangsa Romawi mengalahkan bangsa Persia. Hal itu menakjubkan kaum mukminin. Maka turunlah ayat, “Bangsa Romawi telah dikalahkan,” sampai firman-Nya ayat 5, “Karena pertolongan Allah.” Yakni dengan harakat fathah pada huruf ghain.
Ibnu Jarir meriwayatkan hal senada dari Ibnu Mas’ud
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Syihab, dia berkata, “Kami mendengar bahwa dahulu kaum musyrikin mendebat kaum muslimin sewaktu mereka masih di Mekah sebelum Rasulullah keluar. Kata mereka, ‘Bangsa Romawi mengaku Ahli Kitab, tapi mereka dikalahkan oleh kaum Majusi. Kalian mengklaim bahwa kalian akan mengalahkan kami dengan kitab yang diturunkan kepada nabi kalian. Bagaimana kaum Majusi mengalahkan bangsa Romawi padahal mereka adalah Ahli Kitab? Kami akan mengalahkan kalian sebagaimana bangsa Persia mengalahkan bangsa Romawi!’ Maka Allah menurunkan ayat, ‘Alif laam miim. Bangsa Romawi telah dikalahkan.”
Ibnu Jarir meriwayatkan hal senada dari Ikrimah, Yahya bin Ya’mar, dan Qatadah.
Riwayat pertama mengikuti qiraa’at (ghalibat )—dengan harakat fathah—karena ayat ini turun pada waktu kemenangan mereka yang bersamaan waktunya dengan Perang Badar. Sedang riwayat kedua mengikuti qiraa’at yang membacanya dengan harakat dhammah, dan maknanya, “Dan- setelah mereka mengalahkan bangsa Persia, mereka akan dikalahkan oleh kaum muslimin.” Dengan arti ini maknanya menjadi benar. Kalau tidak (diartikan demikian), ia tidak mengandung makna yang signifikan.
Ayat 27
وَهُوَ الَّذِيْ يَبْدَؤُا الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيْدُهٗ وَهُوَ اَهْوَنُ عَلَيْهِۗ وَلَهُ الْمَثَلُ الْاَعْلٰى فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ ࣖ ٢٧
27. Dialah yang memulai penciptaan, kemudian mengembalikannya (menghidupkannya) lagi (setelah kehancurannya). (Hal) Itu lebih mudah bagi-Nya. Milik-Nyalah sifat yang tertinggi di langit dan di bumi. Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Asbabun Nuzul
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ikrimah bahwa orang-orang kafir merasa heran bahwa Allah akan menghidupkan orang-orang mati. Maka turunlah ayat, “Dan Dialah yang memulai penciptaan, kemudian mengulanginya kembali, dan itu lebih mudah bagi-Nya.”
Ayat 28
ضَرَبَ لَكُمْ مَّثَلًا مِّنْ اَنْفُسِكُمْۗ هَلْ لَّكُمْ مِّنْ مَّا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ مِّنْ شُرَكَاۤءَ فِيْ مَا رَزَقْنٰكُمْ فَاَنْتُمْ فِيْهِ سَوَاۤءٌ تَخَافُوْنَهُمْ كَخِيْفَتِكُمْ اَنْفُسَكُمْۗ كَذٰلِكَ نُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ ٢٨
28. Dia membuat perumpamaan bagimu dari dirimu sendiri. Apakah (kamu rela jika) ada di antara hamba sahaya yang kamu miliki menjadi sekutu bagimu dalam (kepemilikan) rezeki yang telah Kami anugerahkan kepadamu, sehingga kamu menjadi setara dengan mereka dalam hal ini?585) Kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu takut kepada sesamamu.586) Seperti itulah Kami menjelaskan tanda-tanda itu bagi kaum yang mengerti.
585) Perumpamaan tersebut menggambarkan bahwa tidak pantas ada persekutuan dari unsur-unsur yang tidak setara, misalnya antara hamba sahaya dan pemiliknya, apalagi antara makhluk dengan Allah Swt. Hal itu tentu lebih tidak pantas lagi.-><-586) Kamu merasa takut karena tidak bisa menggunakan apa yang kamu miliki tanpa seizin hamba-hamba sahaya itu.
Asbabun Nuzul
Ath-Thabrani meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa kaum musyrikin dahulu bertalbiah seperti ini, “Labbaikaulaahumma labbaik, labbaika laa syariika laka, illa syariikan huwa laka tamlikuhu wa maa malaka (Kami penuhi panggilan-Mu, ya Allah. Tiada sekutu bagi-Mu, kecuali sekutu milik-Mu, Engkau memilikinya dan apa yang ia punya).” Maka Allah menurunkan ayat ini Juwaibir meriwayatkan hal serupa dari Dawud bin Abi Hind dan Abu Ja’far Muhammad bin Ali dari ayahnya.