Ayat 6
فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ عَلٰٓى اٰثَارِهِمْ اِنْ لَّمْ يُؤْمِنُوْا بِهٰذَا الْحَدِيْثِ اَسَفًا ٦
6. Maka, boleh jadi engkau (Nabi Muhammad) akan mencelakakan dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur’an).
Asbabun Nuzul
Ibnu Jarir meriwayatkan dari ibnu ishaq dari seorang kakek penduduk mesir dari Ikrimah dari Ibnu Abbas bahwa kaum Quraisy mengutus an-Nadhr ibnul Haris dan Uqbah bin Abi Muith untuk menemui pendeta yahudi di Madinah dengan pesan,”Tanyakan kepada mereka tentang diri Muhammad, berikan gambaran tentang dirinya. Dan beri tahu mereka tentang perkataannya, sebab mereka adalah pemeluk al-Kitab dan mereka memiliki pengetahuan tentang para nabi yang tiada kita miliki.” Kedua utusan itu pun berangkat. Setibanya di Madinah, mereka bertanya kepada para pendeta Yahudi tentang Rasulullah. Mereka gambarkan keadaan serta ucapan beliau. Maka para pendeta itu berkata,” tanyai dia tentang tiga hal. Kalau dia memberi jawaban semuanya, berarti dia memang Nabi yang diutus. Kalau tidak, berarti dia hanya mengada-ada. Tanyai dia tentang segolongan pemuda di masa lampau yang amat menakjubkan kisahnya, tanyai dia tentang seorang pria pengembara yang telah mencapai ujung timur dan barat dan tanyai dia tentang ruh. Setelah mereka kembali dan bertemu dengan kaum quraisy, mereka berkat, “kami datang membawa keputusan antara kita dan Muhammad.” Lalu mereka mendatangi Rasulullah dan menanyakan ketiga hal itu. Beliau menjawab,” aku akan beritahu kalian jawabannya besok”, tanpa mengucapkan Insya Allah. Orang-orang itu pun pergi. Akan tetapi sampai lima belas hari lamanya Allah tidak meurunkan wahyu mengenai hal yang ditanyakan itu, jibril pun tidak menemui beliau sehinga penduduk Mekah gempar. Tidak turunnya wahyu itu membuat sedih Rasulullah, dan perbincangan penduduk mekah memberatkan beliau. Hingga akhirnya jibril diutus untuk menurunkan surat ashabul kahfi, yang di dalamnya Allah menegur kesedihan beliau atas penduduk mekah, juga bersisi jawaban atas pertanyaan mereka.
Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Uthbah bin Rabiah, Syaibah bin rabiah, abu jahal, an-Nadhr bin Haris, Umayyah bin khalaf, al-Ash bin wail, al-Aswad ibnul Muththalib, abul bakhtari dan sejumlah orang quraisy berkumpul . ketika itu Rasulullah sudah merasa amat sedih menyaksiakan permusuhan kaumnya kepad beliau dan pengingkaran mereka terhadap nasihat yang beliau bawa, maka allah menurunkan ayat ini.
Ayat 23-25
وَلَا تَقُوْلَنَّ لِشَا۟يْءٍ اِنِّيْ فَاعِلٌ ذٰلِكَ غَدًاۙ ٢٣ اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ ۖوَاذْكُرْ رَّبَّكَ اِذَا نَسِيْتَ وَقُلْ عَسٰٓى اَنْ يَّهْدِيَنِ رَبِّيْ لِاَقْرَبَ مِنْ هٰذَا رَشَدًا ٢٤ وَلَبِثُوْا فِيْ كَهْفِهِمْ ثَلٰثَ مِائَةٍ سِنِيْنَ وَازْدَادُوْا تِسْعًا ٢٥
23. Jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, “Aku pasti melakukan hal itu besok,” 24. kecuali (dengan mengatakan), “Insyaallah.” Ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini.” 25. Mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun.
Asbabun Nuzul
Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ayat, “..dan mereka tinggal di dalam gua..”. turun, lalu seseorang bertanya,”Ya Rasulullah, tahun atau bulan?”. Maka Allah menurunkan ayat, “tiga ratus tahun dan ditambah Sembilan tahun”. Ibnu Jarir meriwayatkannya juga dari ad-Dhahhak. Ibnu Mardawaih juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw mengeluarkan sebuah sumpah, kemudian setelah berlalu empat puluh hari, maka Allah menurunkan ayat ini.
Ayat 28
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَدٰوةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهٗ وَلَا تَعْدُ عَيْنٰكَ عَنْهُمْۚ تُرِيْدُ زِيْنَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَلَا تُطِعْ مَنْ اَغْفَلْنَا قَلْبَهٗ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوٰىهُ وَكَانَ اَمْرُهٗ فُرُطًا ٢٨
28. Bersabarlah engkau (Nabi Muhammad) bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan petang hari dengan mengharap keridaan-Nya. Janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia. Janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami serta menuruti hawa nafsunya dan keadaannya melewati batas.
Asbabun Nuzul
Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Juwaibir dari ad-Dhahhak dari Ibnu Abbas tentang firman-Nya,”….dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingat kami..” ayat ini turun tentang Umayyah bin khalaf al-Jamhi, yaitu ketika dia menyuruh Nabi saw melakukan suatu hal yang tidak disukai Allah, yakni mengusir orang-orang miskin dan mendekatkan par pemimpin mekah.
Ibnu abi Hatim meriwayatkan dari ar-Rabi’ mereka diberitahu bahwa Nabi saw berjumpa dengan Umayyah bin Khalaf yang lalai dan lengah dari apa yang dikatakan kepadanya. Maka turunlah ayat ini. Ia meriwayatkan dari abu hurairah. Uyainah bin Hishn menemui Nabi saw yang sedang bersama salman. Maka Uyainah berkata, ‘kalau kami datang, suruh orang ini keluar dan undang kami masuk”. Maka turunlah ayat ini.
Ayat 109
قُلْ لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمٰتِ رَبِّيْ لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ اَنْ تَنْفَدَ كَلِمٰتُ رَبِّيْ وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهٖ مَدَدًا ١٠٩
109. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, niscaya habislah lautan itu sebelum kalimat-kalimat Tuhanku selesai (ditulis) meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).”
Asbabun Nuzul
Al-Hakim dan lainya meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa orang-orang Quraisy berkata kepada kaum Yahudi, “berilah kami sesuatu untuk kami tanyakan kepada orang itu”. Mereka menjawab,” tanyai dia tentang ruh”. Maka mereka pun menanyakannya, hingga turunlah ayat, “dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh…”(17;85) orang-orang Yahudi berkata, “kami diberi pengetahuan yang banyak.” Maka turunlah ayat ini.
Ayat 110
قُلْ اِنَّمَآ اَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰٓى اِلَيَّ اَنَّمَآ اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا ࣖ ١١٠
110. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya hendaklah melakukan amal saleh dan tidak menjadikan apa dan siapa pun sebagai sekutu dalam beribadah kepada Tuhannya.
Asbabun Nuzul
Ibnu abi Hatim dan ibnu abi Dunya dalam kitabul ikhlas meriwayatkan dari Thawus bahwa seorang laki-laki berkata, “wahai Rasulullah, saya seringkali ingin bertemu muka dengan Allah dan saya berharap dia melihat tempat saya berada.” Rasulullah menyahut hingga turunlah ayat ini. Hadis ini mursal.
Al-Hakim meriwayatkan dalam al-Mustadrak riwayat yang mausul dari Thawus dari Ibnu Abbas dan dinyatakannya shahih sesuai syarat Bukhari Muslim.
Ibnu abi Hatim meriwayatkan dari Mujahid bahwa dahulu ada seorang muslim yang berperang dan dia ingin sepak terjangnya dilihat. Maka allah menurunkan ayat ini.
Abu Nu’aim dan ibnu Asakir dalam Taarikh-nya meriwayatkan dari as-suddi ash-shagir dari al-kalbi dari abi shaleh dari Ibnu Abbas bahwa Jundub bin Zuhair, apabila shalat, puasa atau bersedekah lalu namanya dipuji-puji, maka hatinya menjadi senang dan dia pun menambah amalnya dikarenakan pujian orang-orang. Maka turunlah ayat ini mengenai hal itu.