اَلْهٰىكُمُ التَّكَاثُرُۙ ١ حَتّٰى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَۗ ٢ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَۙ ٣ ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ ٤ كَلَّا لَوْ تَعْلَمُوْنَ عِلْمَ الْيَقِيْنِۗ ٥ لَتَرَوُنَّ الْجَحِيْمَۙ ٦ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِيْنِۙ ٧ ثُمَّ لَتُسْـَٔلُنَّ يَوْمَىِٕذٍ عَنِ النَّعِيْمِ ࣖ ٨
1. Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, 2. sampai kamu masuk ke dalam kubur. 3. Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), 4. kemudian sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui. 5. Sekali-kali tidak! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti, 6. niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim, 7. kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri, 8. kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu).
Asbabun Nuzul
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Buraidah yang berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan dua kabilah dari golongan Anshar, yaitu Bani Haritsah dan Bani Harits yang saling membanggakan diri dan merasa lebih baik dari yang lain. Satu pihak berkata, ‘Apakah pada kalian ada yang seperti si fulan dan si fulan?’ pihak yang satu lagi juga melakukan hal serupa. Mereka saling membanggakan diri dalam hal orang-orang yang masih hidup. Selanjutnya, mereka saling berkata, ‘Mari pergi ke pekuburan.’ Disana, sambil menunjuk-nunjuk ke kuburan, kedua pihak juga saling berkata, ‘Apakah pada kalian ada yang sehebat si Fulan dan si Fulan?!’ Allah menurunkan ayat, ‘Bemegah-megahan telah melalaikan kamu sampai kamu masuk ke dalam kubur.’ “
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ali yang berkata, “Sebelumnya, kami agak ragu terhadap keberadaan azab kubur hingga turunlah ayat, ‘Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.’ Sampai ayat 4, ‘Kemudian sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui,’ yang berbicara tentang azab kubur.”